Jumat 01 Apr 2016 19:54 WIB

Mendag Resmikan Pasar Tradisional Percontohan di Malang

Rep: Christiyaningsih/ Red: Hazliansyah
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong melukis di atas keramik saat berkunjung di sentra kerajinan keramik Dinoyo, Malang, Jawa Timur, Jumat (1/4).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong melukis di atas keramik saat berkunjung di sentra kerajinan keramik Dinoyo, Malang, Jawa Timur, Jumat (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong hari ini, Jumat (1/4) meresmikan Pasar Oro-Oro Dowo Kota Malang. Ini adalah pasar tradisional pertama di Kota Malang yang direvitalisasi dengan sumber dana pemerintah pusat.

Revitalisasi dilakukan sejak Agustus 2015 lalu dengan menelan biaya Rp 7 miliar. Mendag mengatakan, pasar yang telah berdiri sejak zaman Belanda ini akan menjadi percontohan bagi revitalisasi pasar tradisional lain di tanah air.

Pasar Oro-Oro Dowo yang telah direvitalisasi dilengkapi sejumlah fasilitas untuk menunjang kenyamanan warga berbelanja. Pasar ini menyediakan troli, mushola, toilet, hingga ruang laktasi.

Beberapa kios bahkan dapat melayani transaksi non-tunai (cashless). Fasilitas ini terwujud berkat kerja sama Pemkot Malang dan BRI Malang yang menyediakan EDC dan kartu Brizzi.

Lembong menitikberatkan dua aspek penting dalam merevitalisasi pasar. "Aspek tradisional dan modernitas harus tumbuh beriringan," katanya dalam peresmian pasar Oro-Oro Dowo di Malang.

Ia mengajak seluruh pihak untuk agresif mengadopsi teknologi demi meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar tradisional. Pasar tradisional harus mencerminkan keseimbangan nilai-nilai tradisional dengan tren terbaru. Meski demikian pasar tradisional jangan mencoba bersaing secara frontal dengan pasar modern.

"Banyak hal yang bisa ditawarkan pasar tradisional yang tidak ada di pasar modern seperti kuliner dan mainan khas daerah yang sulit masuk toko modern," imbuhnya.

Wali Kota Malang M. Anton menambahkan, perkembangan zaman menjadikan pasar tradisional dikepung toko-toko modern. Keberadaan pasar tradisional harus dipertahankan dengan menjadikannya sebagai simpul bisnis dan pariwisata.

"Pasar tradisional menghadirkan kenangan yang tidak bisa dihadirkan di pusat-pusat perbelanjaan modern," katanya.

Oleh karena itu revitalisasi pasar adalah langkah strategis untuk mewujudkan pasar tak hanya sebagai tempat belanja namun juga tujuan wisata.

Pasar tradisional menyimpan potensi besar sebagai aset wisata. Anton nenyebut sudah banyak kota dan negara memanfaatkan pasar tradisional untuk memancing turis seperti di Bangkok dan Venesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement