REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Seorang guru Muslim yang melindungi penduduk Kristen dalam serangan bus di Kenya mendapat penghargaan dari pemerintah, Jumat (1/4). Farah ditembak setelah menolak berpisah dari penumpang Kristen ketika Al-Shabab menyerang bus Mandera-Nairobi yang ditumpanginya bersama puluhan penduduk lain.
Farah diberi penghargaan Grand Warrior of Kenya oleh Presiden Uhuru Kenyatta. "Ini sebagai pengakuan atas tindakannya yang luar biasa," katanya. Tindakan itu dinilai sangat berani.
Sayangnya, Farah meninggal karena luka tembak Al-Shabab. Ia meninggalkan empat anak berusia dua hingga 10 tahun dan seorang istri yang sedang hamil. "Ia meninggal demi melindungi orang yang bahkan tak ia kenal. Ini karena ia percaya pada hak kebebasan beragama dan ia percaya bahwa setiap kehidupan sangat berarti," kata Kenyatta.
Menurutnya, Farah adalah simbol kekuatan dari ambisi negeri untuk menjaga keamanan dan keberagaman. Kenyatta juga mengatakan bahwa Farah adalah pengingat bahwa semua orang harus menjaga kebebasan satu sama lain.
"Saya ingin mengatakan pada anak-anaknya bahwa pengorbanan ayah mereka tidak akan dilupakan dan akan selalu dikenang," kata Kenyatta. Insiden tersebut terjadi pada Desember 2015.
Sebelum penobatan kepahlawanan ini, sejumlah kampanye di media sosial merebak di seluruh negeri. Seorang aktivis Abudallahi Derow yang memulai kampanye pada Januari berusaha mengumpulkan dana bantuan untuk keluarga yang ditinggalkan Farah.
Ia mengatakan guru tersebut berhak dihormati. "Ia meninggal demi melindungi saudara Kristiani. Ia memilih mati dan menyelamatkan saudaranya. Ia adalah simbol persatuan dan kekuatan," kata Derow pada Aljazirah.
Aksi Farah tersebut juga dinilai sangat menginspirasi banyak orang. Kampanye Derow di Twitter dengan tagar #HeroSalah telah mengumpulkan hampir 5.900 dolar AS untuk keluarga Farah. "Kami ingin membeli tanah dan dibangun untuk keluarga Farah," kata dia.