Sabtu 02 Apr 2016 22:19 WIB

Pertumbuhan IHSG Dinilai Jadi Sinyal Ekonomi Domestik Membaik

Red: Nur Aini
Pialang memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Senin (29/2). (Antara/Sigid Kurniawan)
Pialang memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Senin (29/2). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) selama 2016 yang mengalami pertumbuhan menandakan kondisi ekonomi domestik yang membaik.

"Pasar modal menjadi indikator bagi perekonomian. Saat pasar modal membaik biasanya kemudian menjadi pertanda bahwa perekonomian dan sektor riil akan positif. Begitu juga sebaliknya," ujar Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan di sela Festival Pasar Modal Syariah di Jakarta, Sabtu (2/4).

Ia menambahkan bahwa membaiknya sektor riil terutama otomotif dan properti juga dapat dilihat dari indikator yang ada di pasar keuangan terutama pasar modal. Karakteristik pasar modal khususnya pasar saham secara historis selalu mendahului sektor riil.

Berdasarkan data BEI, tercatat IHSG sejak awal tahun hingga 1 April 2016 mencatatkan kenaikan sebesar 5,45 persen menjadi 4.843,18 poin. "Laju IHSG BEI itu merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Hanya kalah sedikit dari bursa saham Thailand yang naik 8,75 persen," paparnya.

Nicky mengatakan bahwa kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,75 persen direspon positif oleh pelaku pasar modal terutama di sektor otomotif dan properti karena berkaitan langsung dengan penurunan bunga kredit. "Penurunan bunga kredit akan meningkatkan permintaan properti dan otomotif yang akhirnya mendorong kinerja emiten sektor itu," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa penurunan suku bunga kredit atau pinjaman juga akan mengurangi beban biaya perusahaan. Meski demikian, kebijakan Bank Indonesia itu kemungkinan dapat menjadi tantangan bagi perusahaan sektor perbankan.

"Penurunan suku bunga kredit akan menjadi tantangan baru karena mempengaruhi pada pos pendapatan bunga, berarti perbankan harus melakukan terobosan," katanya.

Baca juga: Cina dan Korea Selatan Minati Investasi Farmasi RI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement