REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suratmi, istri terduga teroris asal Klaten, Siyono, tidak gentar dengan ancaman akan diusir oleh semua tokoh di desanya jika ngotot melakukan autopsi terhadap jenazah suaminya. Niatnya sudah bulat, mencari keadilan untuk almarhum suaminya yang tewas di tangan anggota Detasemen Khusus 88, Jumat (11/3).
Ketika aparat Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten memutuskan autopsi hanya bisa dilakukan di luar area desa, Suratmi tak keberatan. Ketika orang-orang yang selama ini hidup berdampingan dengannya sebagai tetangga itu mengusirnya dari desa, termasuk lima anak dan jasad suaminya jika tetap ngotot, Suratmi malah semakin kokoh.
"Saat sikap aparat desa itu saya sampaikan ke Suratmi, jawabannya membuat saya merinding," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, Jumat (1/4), kemarin.
Saat itu Suratmi menjawab dengan nada yang tegas. "Saya sedang mencari keadilan dan titip kepada Muhammadiyah. Kalau dalam usaha mencari keadilan ini saya harus terusir, bumi Allah itu luas (untuk kami)," kata Suratmi yang ditiru Dahnil.
Siyono, ayah dari lima anaknya, pulang dengan tubuh kaku tak bernyawa setelah dibawa tanpa pesan pada Selasa (8/3). Saat itu, tiga lelaki berpakaian preman menguntitnya ketika tengah shalat di Masjid samping rumahnya. Ketiganya lalu menyeret Siyono dengan alasan ada urusan utang piutang. Sejak itu, Siyono tak pernah kembali.
Petugas dengan senjata lengkap datang kembali dua hari setelahnya, Kamis (10/3), untuk menggeladah semua tempat Siyono beraktivitas, TK bernama Roudatul Athfal Terpadu (RAT) Amanah Ummah, termasuk rumah ayahnya. Sehari setelah itu, giliran Suratmi yang dijemput ke Jakarta.