Ahad 03 Apr 2016 13:04 WIB

Memprotes Musibah

Musibah erupsi gunung berapi di Indonesia (ilustrasi).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Musibah erupsi gunung berapi di Indonesia (ilustrasi).

Oleh Fajar Kurnianto

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW bersabda, ''Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, 'Oh, andai kata aku tadinya melakukan itu, tentu berakibat begini dan begitu', tetapi katakanlah, 'Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.'' Ketahuilah, sesungguhnya ucapan 'andai kata' dan 'jikalau' membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan.'' (HR Muslim).

Musibah bisa datang kapan dan di mana saja tanpa dapat seseorang terka secara pasti dan tepat kemunculannya. Seseorang yang sehari-hari tampak sehat tiba-tiba tanpa diduga terserang penyakit. Seseorang yang bertahun-tahun mengendarai kendaraan di jalan raya dengan selamat tiba-tiba pada suatu waktu mengalami kecelakaan yang membuatnya harus terbaring di rumah sakit.

Beberapa contoh kenyataan di atas adalah bagian dari takdir Allah SWT yang sudah ditetapkan-Nya. Takdir yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali oleh-Nya. Manusia hanya bisa berusaha, sementara keputusan ada di tangan-Nya. Dan, hanya Dia yang mengetahui hikmah besar yang ada pada segala peristiwa yang menimpa manusia, tidak terkecuali musibah yang ditimpakan kepada manusia.

Sayangnya, kerap kali manusia menganggap musibah yang menimpanya sebagai keburukan mutlak terhadap dirinya, sehingga dia tidak kuat menahannya. Akhirnya, kerap kali pula dia melontarkan kata-kata sesal yang sebenarnya lebih bernada protes terhadap musibah yang menimpanya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak adil dia terima.

Pada hadis di atas, Rasulullah SAW melarang seseorang menyesali dirinya saat tertimpa musibah dengan mengatakan 'andai kata' atau 'jikalau'. Karena, kata-kata tersebut membuka peluang masuknya setan. Yakni, setan menghasutnya untuk melakukan protes terhadap-Nya. Sebaliknya, beliau memerintahkan untuk menyadari bahwa itu adalah takdir-Nya yang pasti ada hikmah positif di baliknya yang tidak diketahuinya, sementara Dia Mahatahu semuanya.

Musibah acap kali dianggap buruk oleh yang tertimpanya, padahal menurut Allah SWT itu yang terbaik untuknya. Bisa jadi, jika Allah SWT tidak memberikan musibah demikian, musibah yang lebih buruk daripada itu akan menimpanya. Artinya, Allah SWT memberikan musibah yang lebih ringan dan menyelamatkannya dari musibah yang lebih besar.

 

sumber : Pusat Data Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement