Ahad 03 Apr 2016 13:05 WIB

Pencari Suaka Anak-Anak Masih dalam Tahanan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Winda Destiana Putri
Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull
Foto: abc
Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull

REPUBLIKA.CO.ID, NAURU -- Pemerintah Australia telah meklasifikasi bagian dari pusat-pusat penahanan sebagai 'penahanan komunitas' agar dapat mengklaim semua anak-anak telah dibebaskan dari tahanan imigrasi.

Menteri Imigrasi Peter Dutton mengumumkan tidak ada anak-anak yang tersisa di tahanan. Ia memastikan semua anak-anak yang tiba secara tidak teratur di Australia dengan perahu telah dibebaskan dari tahanan.

"Sudah hampir satu dekade tidak ada anak-anak dalam tahanan," katanya kepada News Corp.

Namun sebuah sumber dalam departemennya mengatakan kepada The Guardian, 'pembebasan' adalah lebih ke sulap birokratis daripada emansipasi.

Sebagai contoh, keluarga dengan anak-anak yang ditahan di kompleks pusat penahanan avillwwood diberitahu pada Jumat, bahwa penahanan mereka saat ini diklasifikasikan sebagai penahanan masyarakat.

Setidaknya 196 pencari suaka diberikan penahanan stelah protes.

Pembatasan gerakan telah mereda, anak-anak tidak lagi membutuhkan penjaga untuk mengawal mereka ke sekolah. Tapi keluarga tetap di belakang pagar baja.

Alarm di pagar telah dinonaktifkan dan gerbang dibuka. Namun orang perlu izin untuk menginap atau berkunjung ke tempat lain.

"Ini selalu menjadi tujuan (dari menteri imigrasi) untuk membuat anak-anak keluar dari tahanan," ujar Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull.

Sementara itu, protes selama dua pekan dilancarkan oleh pengungsi dan pencari suaka di Nauru terus berlanjut.

Pada Sabtu malam, seorang perempuan 19 tahun mencoba bunuh diri dengan meminum sampo. Ia kemudian dibawa untuk perawatan medis.

Tujuh remaja termasuk satu saudara perempuan tersebut menaiki atap tenda di RPC3 meneriakkan 'kebebasan' dan menuntut untuk berbicara dengan imigrasi. Anak-anak di Nauru menulis surat meminta pertemuan dengan pejabat Departemen Imigrasi.

Penjaga keamanan di pulau mematikan lampu untuk menghentikan pengambilan gambar saat seorang anak laki-laki mengancam untuk lompat. Mereka baru turun setelah penjaga setuju meminta pejabat imigrasi menemui mereka.

Protes di Nauru terus terjadi selama penanganan mereka sebagai pengungsi dalam jangka panjang.

Nauru secara konsisten menolak memukimkan kembali pengungsi secara permanen. Sementara upaya pemerintah Australia untuk memukimkan kembali pengungsi di negara-negara ketiga telah kandas.

Selama pemukiman pengungsi Kamboja dengan biaya 55 juta dolar AS, hanya tiga orang yang telah dimukimkan kembali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement