REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju inflasi di sepanjang 2016 diperkirakan berada pada tren menurun. Salah satu pemicu turunnya inflasi di April ini, yakni penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan komponen inflasi administered price.
Ekonom dari Kenta Institute, Eric Sugandi mengatakan penurunan harga BBM jenis Premium dan Solar subsidi sebesar Rp 500 per liter ini berdampak besar terhadap daya beli masyarakat. Artinya uang sebesar Rp 500 yang tadinya dikeluarkan untuk kebutuhan BBM bisa beralih untuk membeli kebutuhan lain.
"Penurunan ini dampaknya besar. Ada kemungkinan bisa deflasi karena harga BBM turun signifikan. Sebentar lagi kan masuk ke musim panen, kemungkinan bisa deflasi yang lumayan," ujar Eric Sugandi pada Republika.co.id, Ahad (3/4).
Eric menjelaskan masuk ke musim panen, dipastikan suplai bahan pangan melimpah. Apalagi penurunan harga BBM ini tentunya akan menurunkan biaya transportasi, dan berdampak pada penurunan harga pangan.
"Biaya transportasi bisa turun, itu akan bisa membuat harga pangan turun lagi. Kecuali disana ada gangguan pasokan. Saya pikir dari hal tersebut dari supplier sudah bisa menurunkan harga pangan. Kecuali kartelnya kuat, atau petani harganya nggak bagus, harganya walaupun turun tidak banyak," jelasnya.
Bank Indonesia (BI) meminta pemerintah mewaspadai kenaikan inflasi dari komponen volatile food menjelang Ramadhan. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, inflasi akibat harga pangan bergerak dipastikan akan meningkat menjelang Ramadhan.
"Apalagi, kita mau memasuki bulan puasa pada bulan Juni. Nanti itu panen kita sudah lewat masa panen padi. Jadi, perlu diwaspadai inflasi bahan pangan," ujar Mirza di Kompleks Gedung BI Jakarta, Jumat (1/4).