REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil forensik atas autopsi jenasah Siyono oleh tim forensik Muhammadiyah bisa menjadi bahan kajian Komisi III DPR RI saat pemanggilan Kapolri usai masa reses DPR. Hasil forensik dari Muhammadiyah ini penting sebagai bahan perbandingan bagi DPR.
Hal ini disampaikan Anggota Komisi III DPR RI, Nasir Djamil kepada Republika.co.id, Ahad (3/4). Ia mengatakan dalam perbincangan tidak formal antara anggota Komisi III, memang ada rencana mengundang pihak-pihak yang terkait dengan penindakan terhadap terduga teroris Siyono.
"Kalau memang hasil forensik dari Muhammadiyah ini bisa meyakinkan adanya indikasi penyiksaan, yang menyebabkan hilangnya nyawa siyono tentu harus ada pertanggungjawaban dari aparat kepolisian. Tapi Barangkali Densus punya argumentasi juga, jadi tinggal DPR nanti akan menimbang secara politis mana hasil autopsi yang terbukti meyakinkan," kata dia.
Selain sebagai bukti untuk kasus Siyono, Nasir juga menegaskan bahan autopsi dari tim forensi Muhammadiyah ini penting untuk melihat kinerja Densus 88. Karena sejak lama DPR telah mendorong aparat kepolisian bertindak profesional, menghargai Hak Asasi Manusia (HAM) para terduga.
"Kita konsen memberantas terorisme, tapi juga dilakukan dengan taat sesuai aturan perundang-undangan," ujarnya.
Kalau dari bukti forensik ini benar cara Densus salah, Komisi III akan meminta mana yang bisa dimintakan pertanggungjawaban dari kepolisian terkait hal itu. Ditegaskan dia, intinya Komisi III, masih menunggu proses yang berkembang terkait persoalan Siyono ini.