Senin 04 Apr 2016 16:22 WIB

Pemecatan Fahri Hamzah Diyakini Berdampak pada Internal PKS

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Bilal Ramadhan
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah (kiri) bergegas meninggalkan ruangan usai memberikan keterangan kepada wartawan terkait pemecatan dirinya dari keanggotaan PKS di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah (kiri) bergegas meninggalkan ruangan usai memberikan keterangan kepada wartawan terkait pemecatan dirinya dari keanggotaan PKS di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemecatan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah diyakini akan berdampak negatif bagi internal partai tersebut.

Pakar politik dari Universitas Andalas (Unand), Asrinaldi menuturkan, secara internal figur Fahri Hamzah bisa merugikan partai. Khususnya, dalam hal dukungan politik konstituen. Secara pribadi, ia menilai, pemecatan Fahri merupakan hal positif, karena politisi tersebut dapat merugikan kredibilitas partai.

"Tapi negartifnya adalah, dalam internal partai itu sendiri. Karena bagaimanapun, Fahri Hamzah juga bukan orang sembarangan," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (4/4).

Artinya, Asrinaldi menuturkan, Fahri mempunyai massa dan kelompok yang secara internal juga siap dengan grup yang kontra Fahri. Ia khawatif, pemecatan itu membuat solidaritas partai PKS akan terancam.

 

"Ini berbahaya bagi partai yang ingin mengkonsolidasikan kepentingan mereka untuk menghadapi Pemilu 2019," ujar dia.

Kendati ada beda pendapat di internal PKS, Asrinaldi meyakini, tidak akan terjadi dualisme kepemimpinan. "Kalau PKS, saya pikir partainya solid. Walaupun kadernya kecewa, saya pikir tak akan mendirikan partai yang lain, karena tidak seperti Golkar yang pragmatisme-nya lebih tinggi," tutur dia.

Asrinalni berujar, kader yang keluar dari partai, biasanya cenderung apatis, tidak akan mendirikan partai, dan tidak berusaha mendapatkan kekuasaan kembali.

"Saya pikir kabar tersulit dalam konteks satu ideologi, kalau kecewa dipendam saja. (Mantan kader) tak terlalu agresif membuat partai baru, agak jarang ditemukan kader PKS seperti itu," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement