REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian berharap agar pemerintah Jerman bisa mendorong industri yang bergerak di farmasi untuk mau menanamkan modal dan membangun industri farmasi di Indonesia. Hal ini disampaikan saat Menteri Pertanian dan Pangan dari Jerman, Cristian Schimdt melakukan kunjungan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (4/4).
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi International, Kemenko Perekonomian, Rizal Affandi Lukman mengatakan, saat ini Indonesia sedang berjuang untuk menumbuhkan industri farmasi. Sebab keberadaan industri ini belum mencukupi kebutuhan obat-obatan untuk masyarakat. Meskipun ada, obat ini terlampau mahal, khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah.
"Pak Menko Perekonomian (Darmin Nasutin) meminta agar Jerman bisa membantu investasi dan Industri bakan baku obat-obatan," ujar Rizal, Senin (4/4).
Apalagi melalui paket kebijakan ekonomi XI, pemerintah Indonesia akan memberikan kemudahan investor asing 100 persen untuk masuk ke Indonesia demi memperkuat industri farmasi dalam negeri. "Supaya harganya (obat-obatan) bisa turun," kata Rizal.
Rizal menyebut saat ini telah banyak investor maupun industri dari Jerman yang telah berada di Indonesia mulai dari produk olahraga seperti Adidas hingga industri otomotif. Dengan keberadaan sejumlah industri tersebut, artinya potensi investor Jerman untuk berinvestasi di Indonesia masih terbuka lebar.
"Mereka juga menyebut bahwa Indonesia adalah salah satu negara terpenting di Asia. Nah Jerman juga negara penting di kawasan Uni Eropa, jadi kita harus menjalin network together. Intinya gitu," kata Rizal.
Meski demikian, Rizal belum bisa memastikan berapa nilai investasi yang akan dilakukan Jerman dalam waktu dekat. Hal ini nantinya akan digarap oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam sebuah forum bisnis.
Baca juga: Indonesia-Jerman Kerja Sama Tangkal Kampanye Hitam Pasar Sawit