Senin 04 Apr 2016 16:49 WIB

Perlawanan Fahri Dinilai Bisa Bahayakan PKS

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah memberikan keterangan kepada wartawan terkait pemecatan dirinya dari keanggotaan PKS di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah memberikan keterangan kepada wartawan terkait pemecatan dirinya dari keanggotaan PKS di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mendapatkan kabar pemecatan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah mengungkapkan ketidakadilan atas perlakuan partai terhadap dirinya. Perlawanan Fahri ini pun dianggap bisa membahayakan PKS bila tidak segera diredam.

"Kalau Fahri melakukan perlawanan, tentu akan menjadi blunder politik di PKS apalagi kalau gayung bersambut perlawanan ini memiliki afiliasi dan mendapat dukungan sesama kader," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto kepada Republika.co.id, kemarin.

Perlawanan Fahri atas keputusan PKS ini tidak menjadi masalah bila ia hanya sendirian seperti yang banyak dilakukan kader PKS bermasalah sebelumnya. Tapi bila ini mendapatkan afiliasi sesama kader PKS, maka akan meningkatkan eskalasi di internal PKS dan membahayakan bagi partai dakwah ini.

"Kalau terjadi bipolar (dua kutub) akan memunculkan friksi yang berbahaya bila berkembang ke multipolar, ke daerah daerah. Efeknya bahkan persis bisa seperti Golkar dan PPP perpecahan partai," kata dia.

Meski begitu, dia menilai arah perpecahan di tubuh PKS ini masih terlalu jauh. Sebab, sistem dan mekanisme partai di PKS yang mampu mengantisipasi hal itu.

"Kalau PKS memang agak sulit seperti Golkar dan PPP karena diuntungkan di AD ART, yang dapat diantisipasi agar tidak sistemik. Tapi kalau ini terus meruncing dan tidak diredam tetap membahayakan," kata dosen komunikasi politik UIN Jakarta ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement