REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekretaris jenderal Partai Golkar, Idrus Marham menyebut setidaknya ada tujuh hal yang perlu dibenahi dalam internal tubuh Partai Golkar. Pertama, gejala terjadinya disorientasi ideologi.
Menurutnya, disorientasi ideologi tidak hanya terjadi di Golkar, tapi juga di seluruh partai politik (parpol). Menurutnya, sangat sedikit parpol yang berdiskusi tentang ideologi partai. "Kita terjebak dalam sikap dan perilaku pragmatisme politik. Ada transaksi dan lain-lain. Ini yang harus kita berantas kalau ingin Golkar maju, termasuk juga bangsa Indonesia," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/4).
Kedua, melemahnya tradisi konseptual. Menurutnya, saat ini tidak ada lagi perdebatan konseptual di Golkar. Menurut dia, yang ada hanya intrik, aturan, dan 'bisik-bisik'. Ketiga, melemahnya kelembagaan partai. Keempat, kinerja partai tidak produktif.
Kelima, rusaknya kultur partai. "Kedewasaan, kematangan, dan keteladanan hampir tidak muncul lagi," ujarnya.
Keenam, kesetiakawanan sosial antarsesama kader kadang tidak muncul. Bahkan, kata Idrus, tidak segan-segan lagi saling 'membunuh' untuk kepentingan diri. Ketujuh, hilangnya kepercayaan ke rakyat. Akibatnya, //image// partai pun akan rendah.
"Tujuh hal ini harus kita perhatikan sehingga magnet politik Golkar akan kuat kembali," ujarnya.
Idrus menyebut ada lima gerakan yang dinilai tidak lagi menguat dalam Partai Golkar. Lima gerakan itu, yakni hakikat kelahiran Golkar sebagai sebuah gerakan ideologi, pembaharuan, pembangunan, kekayaan, dan isi kemerdekaan. Apabila terpilih menjadi Ketua Umum Golkar, Idrus pun akan konsen bagaimana menguatkan kembali magnet Golkar tersebut.