REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan seluruh dunia mulai melakukan penyelidikan terkait penyalahgunaan finansial oleh orang-orang kaya dan berkuasa, Senin (4/4). Penyelidikan ini terkait dengan bocornya laporan firma hukum Panama, Mossack Fonseca.
Panama Papers ini berisi kesepakatan pencucian uang dengan para politisi dan tokoh publik, di antaranya rekan Presiden Rusia, Vladimir Putin, saudara Perdana Menteri Inggris, Islandia, Pakistan, juga Presiden Ukraina. Penyelidikan dilakukan International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ). (Panama Papers Ungkap Pencucian Uang Tokoh-Tokoh Dunia).
Otoritas di negara-negara terkait mulai meninjau ulang isi laporan tersebut. Juru bicara Gedung Putih mengatakan, departemen Peradilan AS akan menilai apakah bukti yang ada termasuk korupsi atau pelanggaran hukum AS lainnya.
Kejaksaan finansial Prancis juga mengumumkan telah membuka penyelidikan awalan untuk penipuan pajak. Jerman melakukan hal yang sama. Kementerian Keuangan mengatakan, pengawas pasar finansial Bafin sedang memeriksa permasalahannya.
Sejumlah negara lain yang mulai awas dengan laporan yaitu Australia, Austria, Swedia dan Belanda. Di Argentina, partai oposisi meminta penjelasan dari Presiden Mauricio Macri. Ia menjabat sebagai seorang direktur dari perusahaan di lepas pantai Bahama yang terkait dengan kekayaan ayahnya.
Di Brasil, surat kabar O Estado de S. Paulo mengatakan ada politisi-politisi dari tujuh partai yang juga klien Mossack Fonseca. Politisi dari partai Buruh pimpinan Presiden Dilma Rousseff tidak termasuk.
Panama Papers dibuat berdasarkan penyelidikan dari lebih dari 11,5 juta dokumen dari Mossack Fonseca. Dokumen tersebut berasal dari kurang lebih 40 tahun lalu.