REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guru Besar Ilmu Tanah IPB, Prof Achmad Memed Satari, MF meninggal dunia dalam usia 83, akibat sakit yang dideritanya. Ia menghembuskan nafas terakhir pukul 21.46 WIB Senin (4/4) di Rumah Sakit Fatmawati.
"Prof Satari adalah guru besar yang sangat disegani dan rektor yang memiliki integritas serta leadership sangat tinggi," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Yonny Koesmaryono, dalam siaran pers, Selasa (5/4).
Menurut Yonny, Prof Satari adalah sosok bapak dan guru yang sangat dihormati, yang bijak senantiasa mendukung serta mengayomi gerakan-gerakan mahasiswa di masa bertugasnya. "IPB sangat kehilangan putra terbaiknya," kata dia.
Prof Satari lahir 13 Maret 1933, lulusan insinyur dari Jurusan Kehutanan Universitas Indonesia tahun 1958, Master of Forestry dari Oregon State Univeesity pada tahun 1961 dan gelar doktor (PhD) ia dapat dalam bidang Soil Science dari Michigan State University pada 1967. "Beliau berkarier sebagai ilmuan di Fakultas Pertanian IPB, dengan spesialisasi Ilmu Tanah," katanya.
(Baca Juga: Mantan Rektor IPB Profesor AM Satari Tutup Usia)
Satari diangkat menjadi guru besar bidang Ilmu Tanah di IPB tahun 1970. Prof Satari peran menjabat sebagai Rektor IPB selama dua periode yakni periode 1970-1974 dan 1974-1978.
Hal yang monumental yang dilakukan selama masa jabatannya adalah menyusun rencana pengembangan IPB untuk pertama kalinya, melaksanakan kurikulum sarjana empat tahun pada 1972, pendiri sekolah pascasarjana (1975) dan pembukaan program doktor (1978). Almarhum juga Ketua Konsorsium ilmu-ilmu pertanian yang pertama.
Prof Satari juga tercatat tergabung dalam beberapa perhimpunan profesi yakni anggota Perhimpunan Insinyur Indonesia (1957), Delta Phi Society (1958), anggota Perhimpunan Sarjana Kehutanan (1959), Sigma Xi Society (1967), Ketua Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (1970-1974) dan Perhimpunan Agronomi Indonesia (1980).
Berbagai tanda penghargaan sudah diterima oleh almarhum diantaranya Pahala Alma dari IPB, Satya Lencana Pembangunan, Commandeur in de Leopolds orde dari Belgia sebagai rektor, penghargaan dari Persatuan Insinyur Indonesia dalam Teknik Pertanian, Penghargaan dari USDA dalam Soil and Water Coservation, Honorary President dari International Sago Development Center Jepang, penghargaan dari Universitas Cendrawasih sebagai pelopor peneliti sagu dan sejumlah penghargaan lainnya. Menurut rencana, jenazah akan dikebumikan hari ini di pemakaman keluarga di wilayah Bandung, Jawa Barat.