Rabu 06 Apr 2016 05:46 WIB

Pemimpin yang Khianat

pemimpin (ilustrasi)
Foto: duniadalamdakwah.blogspot.com
pemimpin (ilustrasi)

Oleh Mulyana

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW mengajarkan kemiskinan itu bukan hanya disebabkan oleh kemalasan dalam berusaha mencari rezeki atau bekerja, melainkan juga oleh kesalahan penguasanya. Sabda beliau, ''Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan.'' (HR Dailami).

Hadis tersebut jelas menunjukkan bahwa salah satu sebab timbulnya kemiskinan adalah khianat. Khianat dalam konteks kehidupan sebagai bangsa adalah tidak amanahnya para penguasa terhadap tanggung jawab dan tugasnya sebagai pejabat publik yang semestinya menjadi pelayan dan pengayom rakyat yang dipimpinnya.

Sedikitnya dua perilaku khianat yang menyebabkan timbulnya kemiskinan yang dahsyat. Pertama, tidak berpihak kepada rakyat kecil. Maksudnya, penguasa hanya membuat sistem peraturan dan kebijakan yang hanya menguntungkan kelompok tertentu atau kelompoknya. Akibatnya, muncul ketimpangan sosial yang di antaranya dicirikan oleh berputarnya kekayaan pada orang-orang tertentu saja.

Dalam masalah ini, Allah dengan jelas melarangnya. Perhatikan firman-Nya, ''Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.'' (QS 59: 7).

Selain itu, tidak berpihaknya penguasa terhadap rakyat kecil dicirikan pula oleh matinya nurani penguasa dalam memahami kesulitan ekonomi rakyat. Penguasa lebih senang dalam mencabut subsidi untuk rakyatnya dan menaikkan harga-harga kebutuhan pokok serta kebutuhan yang berkaitan dengan hajat hidup rakyat. Sedangkan, subsidi untuk orang kaya dan konglomerat tidak dikurangi dan bahkan terus ditingkatkan.

Kedua, korupsi. Pemerintahan yang korup hanya berorientasi pada peningkatan pundi-pundi kekayaan penguasa, keluarga, dan kelompoknya. Sedangkan rakyat hanya sebagai alat dagang untuk mendapat berbagai kucuran dan pinjaman dana. Akibatnya, kesejahteraan rakyat semakin jauh dari harapan, kemiskinan meluas, rakyat menderita, dan menanggung beban utang yang besar.

Pada saat ini, kemiskinan yang dihadapi bangsa ini sudah sangat luar biasa. Karenanya, salah satu cara untuk mengatasinya adalah bangsa ini harus dipimpin oleh orang yang amanah. Bangsa ini harus dipimpin oleh orang-orang yang jujur, bermoral, dan memiliki keberpihakan yang jelas kepada rakyat kecil.

Jika bangsa ini terus-menerus dipimpin oleh orang-orang yang tidak amanah, maka kemiskinan akan semakin meningkat. Bahkan, mungkin kehidupan kita sebagai bangsa akan bangkrut. Karenanya, rakyat yang memegang kedaulatan dan keinginan, maka rakyat harus dapat mengubah dan menentukan pemimpinnya. Ingatlah, Allah memerintahkan, ''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ....'' (QS 4: 58). Wallahu a'lam bis-shawab.

 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement