Rabu 06 Apr 2016 10:03 WIB

Lima Dampak Negatif Reklamasi Teluk Jakarta

Rep: C21/ Red: Karta Raharja Ucu
Foto udara suasana proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta di Pantai Utara Jakarta, Minggu (28/2).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Foto udara suasana proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta di Pantai Utara Jakarta, Minggu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono, mengatakan, reklamasi Teluk Jakarta lebih banyak menimbulkan dampak negatif daripada positif. Menurut dia, ada lima dampak negatif dari reklamasi pulau.

"Pertama, membuat air laut menjadi naik, berarti akan menambah banjir rob, berarti akan membunuh pepohonan yang tidak mampu beradaptasi dengan air asin," katanya, di Jakarta, Rabu (6/5).

Kedua, sumur-sumur penduduk di sekitar pantai yang tadinya payau akan menjadi asin. Ketiga, tumbuh dan berkembangnya bakteri E coli.

Bakteri E coli berkembang jika air tawar di Jakarta berkurang. Bakteri ini jika dilihat dengan perbesaran 300 kali mikroskop akan kelihatan sekali.

"Misalkan diminum, dapat menyebabkan sakit perut, disentri, diare dan sebagainya," katanya.

Namun, jika dimasak dengan suhu 80 derajat, menurut dia, bakteri E coli dapat mati. Meski tidak jarang masyarakat menggunakan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian.

Keempat, warga yang tinggal di pulau reklamasi mungkin akan nyaman, tapi tidak masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jika kanalnya tidak dibuat dengan baik, pengaruh bau akan besar sekali. Sebab, air asin akan mengendap, terkena panas, dan terjadi proses kontaminasi secara kimia.

"Hal tersebut tentu saja akan membuat wilayah sekitar menjadi bau, namun akan hilang dan muncul tergantung dari pasang-surut air laut," ucapnya.

Kelima, reklamasi berdampak buruk untuk mangrove. Sebab, pasang-surut air laut menyebabkan habitat dan kualitas tanah berubah sehingga jenis tanaman tertentu tidak dapat tumbuh, temasuk mangrove.

"Nah, itu yang menjadi bagian negatif," katanya menegaskan.

Sedangkan, menurut Tarsoen, keuntungan reklamasi hanya dapat dirasakan para pengembang. Sebab, mereka tidak perlu membeli tanah. Mereka hanya perlu menguruk laut dan itu jauh lebih murah.

"Orang-orang juga akan lebih senang karena berada di dekat perairan laut. Misalkan masih ada tanaman mangrove, orang jadi suka. Itu kan yang diuntungkan hanya pengembang," ujarnya.

Sementara, rumah untuk habitat kepiting, kerang, dan sebagainya hilang. Oleh karena itu, dia menuturkan lebih banyak dampak buruk untuk lingkungan daripada dampak negatif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement