Rabu 06 Apr 2016 20:21 WIB

Ditjen Pajak Gencarkan Pemeriksaan Unit Usaha Asing

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Ditjen Pajak
Gedung Ditjen Pajak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak berhasil menemukan sejumlah unit usaha yang berbentuk perseroan terbatas, Representative Office atau orang pribadi, yang seharusnya masuka dalam kriteria bentuk usaha tetap (BUT), namun tidak mendaftarkan unit usaha sesuai dengan bisnis yang dijalankan. 

Dari penemuan ini Ditjen Pajak akan melaksanakan pemeriksaan lebih dalam mengenai kewajiban perpajakan dari unit-unit usaha tersebut.

(Baca: Sejumlah Nama di Panama Papers Cocok dengan Data Ditjen Pajak)

Menteri Keuangan Bambang Brodjononegoro mengatakan, ‎saat ini memang banyak perusahaan dari luar negeri maupun warga negara asing yang telah melakukan kegiatan usaha namun tidak membayarkan pajak sesuai dengan kewajiban mereka.Bahkan empat perusahaan asing seperti Yahoo, Twitter, Facebook dan Google pun tidak membayar pajak dengan baik.

"Ada orang asing yang datang ke Indonesia berdalih untuk menjadi wisatawan, tapi mereka justru mencari penghasilan dari praktek kesehatan atau lain sebagainya. Namun tidak membayar‎ pajak," kata Bambang di kantor Ditjen Pajak, Selasa (6/4).

Bambang menjelaskan, Indonesia dengan jumlah penduduka yang besar merupakan target pasar yang sangat baik untuk wajib pajak luar negeri (WPLN) untuk menjalankan usaha dan memperoleh penghasilan di Indonesia. Dengan banyaknya para pengemplang pajak dari luar negeri, Ditjen Pajak bekerjasama dengan instansi terkait untuk lebih mengawasi pengenaan pajak dari berbagai jenis usaha luar negeri. 

"Ditjen Pajak akan terus melaksanakan penelitian, pembinaan dan pengawasan untuk memastikan para pelaky ysaha mebayar pajak sesuai peraturan yang berlaku," paparnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement