REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bocornya dokumen penggelapan pajak yang dikenal dengan nama Panama Papers mengungkapkan bagaimana orang-oang kaya dan penguasa berusaha melakukan penggelapan pajak. Beberapa nama besar dari berbagai negara pun tercantum dalam data tersebut.
Praktik penggelapan pajak yang terungkap ini dilakukan oleh firma hukum berbasis di panama, Mossack Fonseca. Setidaknya, ada 11,5 juta dokumen yang tersebar dan diselidiki oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ).
Dokumen ini pun menunjukan keterlibatan 72 kepala negara serta mantan kepala negara. termasuk diantaranya adalah ipar Presiden Cina Xi Jinping, Daeng Jiagui, putra Perdana Menteri Malaysia Najib Raza, Mohd Nazifuddin, serta Menteri Kehakiman Kamboja, Ang Vong Vathana.
Atas adanya laporan tersebut, salah satu negara yang benar-benar bungkam adalah Cina. Bahkan, pemerintah di negeri Tirai bambu itu diketahui mengeluarkan instruksi bahwa seluruh media harus melakukan sensor terhadap berbagai berita yang berkaitan dengan Panama Papers.
"Cari dan hapus laporan yang memuat segala hal tentang Panama Papers. Jangan menindaklanjuti konten terkait, tak ada pengecualian," ujar salah satu pihak pemerintahan yang tidak disebutkan namanya, dilansir China Digital Times, Selasa (5/4).
Sebelumnya, pihak dari Kementerian Luar Negeri Cina juga menegaskan bahwa tuduhan skandal penggelapan pajak yang ada dalam Panama Papers merupakan hal tak berdasar. Setelah itu, segala sesuatu yang mengaitkan Cina dengan skandal penggelapan pajak terbesar di dunia itu harus dihapuskan dari berbagai pemberitaan di dalam Negeri Tirai Bambu itu.
Kembali pada 2012 lalu, sebenarnya keterkaitan Panama Papers bukanlah sesuatu yang aneh. Saat itu, Bloomberg melaporkan bisnis dalam keluarga Xi, yang merupakan calon pemimpin baru Cina berkembang secara pesat. Namun, tidak satupun aset yang terlacak dimiliki oleh Xi dan istrinya.
"Sebagian besar aset yang dilacak oleh Bloomberg dimiliki oleh keluarga Xi, diantaranya kakak perempuannya, Qi Qiaoqiao, suaminya Deng Jiagui, serta putri mereka Qi Zhang Yannan," ujar pernyataan dari Bloomberg.
Cerita serupa tentang kekayaan pejabat Cina tersebut juga diterbitkan oleh The New York Times pada 2014 lalu. Meski saat itu nama keluarga dari Xi telah disebut-sebut.
Namun tak satupun pemberitaan terkait hal itu sampai kepada orang-orang di dalam negeri tersebut. Bahkan, sepertinya penyensoran dilakukan secara khusus oleh pihak berwenang Cina dari berbagai media sosial.