Kamis 07 Apr 2016 03:05 WIB

Ada Ancaman Kekeringan, Petani Diimbau Percepat Masa Tanam

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani membawa bibit padi untuk ditanam di persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Para petani di Kabupaten Indramayu yang hendak panen maupun yang baru saja panen musim rendeng 2015/2016, diimbau untuk langsung melakukan percepatan musim tanam gadu 2016. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari ancaman kekeringan di musim gadu yang bersamaan dengan musim kemarau.

''Petani harus lakukan percepatan tanam,'' ujar Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, Rabu (6/4).

Percepatan masa tanam itu dilakukan dengan sistem culik, yakni dalam waktu kurang lebih satu minggu sebelum panen rendeng, para petani harus menculik sekitar 1/20 hektare lahan pertaniannya untuk ditanam persemaian. Jadi pada saat panen dilakukan, persemaian sudah berumur satu minggu.

Selain itu, masa panen pun biasanya membutuhkan waktu selama satu minggu. Begitu pula halnya dengan masa persiapan pengolahan lahan masa tanam gadu yang juga butuh waktu satu minggu. Dengan demikian, saat lahan telah kembali siap untuk ditanami tanaman padi, maka persemaian sudah berumur tiga minggu.

 

"Lumayan, bisa menghemat waktu selama tiga minggu," terang Sutatang.

Percepatan musim tanam gadu itu dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada tanaman padi. Hal ini karena, tanam gadu bersamaan dengan musim kemarau.

''Sekarang masih ada sedikit hujan. Petani harus memanfaatkannya untuk segera tanam kembali,'' kata Sutatang.

Saat ini, dari target tanam rendeng 144 ribu hektare, lahan pertanian yang sudah panen di Kabupaten Indramayu ada sekitar 35 ribu hektare. Lahan tersebut tersebar di sejumlah kecamatan, di antaranya Kecamatan Terisi, Cikedung, Lelea, Kroya dan Gabuswetan.

Sutatang menambahkan, khusus untuk daerah-daerah yang terletak di ujung layanan irigasi, maka sebaiknya tidak memaksakan diri menanam padi pada musim tanam gadu. Untuk menghindari kekeringan, daerah-daerah tersebut sebaiknya menanam tanaman palawija yang tidak butuh banyak air.

Sutatang menyebutkan, lahan pertanian yang terletak di ujung saluran irigasi luasnya sekitar 30 ribu hektare. Lahan itulah yang terancam mengalami kekeringan saat musim tanam gadu.

''Tapi memang petani lebih suka menanam padi dibandingkan palawija karena harga gabah lebih tinggi dibandingkan harga palawija,'' terang Sutatang.

Sutatang mengakui, saat ini sudah ada Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, yang mengalirkan air untuk Kabupaten Indramayu. Namun, dia tidak mengetahui apakah waduk tersebut sudah bisa mengalirkan air secara optimal atau masih sebatas uji coba.

Sekitar 60 persen saluran irigasi di Kabupaten Indramayu juga masih dalam kondisi rusak. Dampaknya, saluran irigasi itu tak bisa menampung air dan menyalurkannya secara maksimal.

''Jadi walau air dari Waduk Jatigede berlimpah, tapi kalau saluran irigasi yang rusak belum diperbaiki, air akan terbuang sia-sia dan tidak bisa menjangkau hingga daerah di ujung layanan irigasi,'' tutur Sutatang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement