Kamis 07 Apr 2016 11:00 WIB

Reshuffle Kabinet Harus Dalam Kerangka Nawacita

Presiden Jokowi dan Wapres JK memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Senin (16/2).
Foto: Antara
Presiden Jokowi dan Wapres JK memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Senin (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan desakan adanya pergantian anggota kabinet (reshuffle) memang terasa semakin kencang, Untuk itu, jika memang Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla mau melakukan reshuffle, maka setidaknya harus memperhatikan dua alasan.

Alasan Pertama, lanjut Ray, adanya kondisi objektif yang mana perombakan kabinet dipandang sangat dibutuhkan karena susunan para menteri saat ini tidak jelas ‘jenis kelaminnya’ apa.

“Ada menteri yang sangat liberal tetapi ada yang sangat menaati Nawacita,” kata Ray Rangkuti, di Jakarta,

Kedua, alasan politik. Dikatakan, reshuffle itu untuk mengakomodasi beberapa kepentingan tetapi harus diingat semuanya bermuara pada satu hal yakni dalam rangka konsolidasi Nawacita.

“Karena itu, Presiden harus mempertahankan para menteri yang sudah bekerja sesuai arahan Nawacita. Sehingga tidak ada lagi saling tuding di antara partai politik bahwa ada partai getol mendesak reshuffle untuk menggusur partai lain di kabinet dan sebagainya,” katan Ray Rangkuti (7/4).

Kedua, anggota kabinet yang bekerja tidak berdasarkan arahan Nawacita. Mereka selalu berjalan sendiri dengan agenda masing-masing.

 

Ketiga, para menteri yang berada di tengah. Mereka bekerja sesuai arahan Presiden Jokowi, tetapi lupa melihat fenomena kekinian.

Dari ketiga wajah kabinet saat ini, Ray Rangkuti mengakui, Rizal Ramli adalah salah satu contoh menteri yang berada pada posisi pertama, yakni bekerja sesuai arahan Nawacita.

“Dia menteri yang sangat terbuka di antara anggota kabinet lainnya. Banyak kebijakan dan gebrakan dia yang membuka mata publik bahwa ternyata ada yang salah selama ini,” kata Ray Rangkuti.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement