REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan desakan adanya pergantian anggota kabinet (reshuffle) memang terasa semakin kencang, Untuk itu, jika memang Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla mau melakukan reshuffle, maka setidaknya harus memperhatikan dua alasan.
Alasan Pertama, lanjut Ray, adanya kondisi objektif yang mana perombakan kabinet dipandang sangat dibutuhkan karena susunan para menteri saat ini tidak jelas ‘jenis kelaminnya’ apa.
“Ada menteri yang sangat liberal tetapi ada yang sangat menaati Nawacita,” kata Ray Rangkuti, di Jakarta,
Kedua, alasan politik. Dikatakan, reshuffle itu untuk mengakomodasi beberapa kepentingan tetapi harus diingat semuanya bermuara pada satu hal yakni dalam rangka konsolidasi Nawacita.
“Karena itu, Presiden harus mempertahankan para menteri yang sudah bekerja sesuai arahan Nawacita. Sehingga tidak ada lagi saling tuding di antara partai politik bahwa ada partai getol mendesak reshuffle untuk menggusur partai lain di kabinet dan sebagainya,” katan Ray Rangkuti (7/4).
Kedua, anggota kabinet yang bekerja tidak berdasarkan arahan Nawacita. Mereka selalu berjalan sendiri dengan agenda masing-masing.
Ketiga, para menteri yang berada di tengah. Mereka bekerja sesuai arahan Presiden Jokowi, tetapi lupa melihat fenomena kekinian.
Dari ketiga wajah kabinet saat ini, Ray Rangkuti mengakui, Rizal Ramli adalah salah satu contoh menteri yang berada pada posisi pertama, yakni bekerja sesuai arahan Nawacita.
“Dia menteri yang sangat terbuka di antara anggota kabinet lainnya. Banyak kebijakan dan gebrakan dia yang membuka mata publik bahwa ternyata ada yang salah selama ini,” kata Ray Rangkuti.