REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Hasil studi terbaru menunjukkan, Muslimah terpelajar di Inggris ternyata memiliki peluang lebih kecil untuk memperoleh pekerjaan di berbagai insitusi atau perusahaan, dibandingkan dengan wanita non-Muslim.
“Bahkan, ketika keduanya (Muslimah dan wanita non-Muslim—Red) memiliki kualifikasi yang sama sekalipun, peluang Muslimah untuk mendapatkan pekerjaan tetap lebih kecil,” tutur salah satu peneliti yang terlibat dalam studi itu, Dr Nabil Khattab, seperti dilansir World Bulletin, Kamis (7/4).
Penelitian tersebut menemukan, tingkat pengangguran di kalangan Muslimah Inggris berkisar antara 5,9–27 persen. Sebaliknya, tingkat pengangguran wanita non-Muslim kulit putih di negara itu jauh lebih rendah, yakni hanya 3,5 persen.
Studi kali ini juga mencatat, 8,5–23 persen Muslimah yang bergerak di bidang profesional dipekerjakan oleh institusinya karena lebih melihat kepada latar belakang etnis mereka. Hasil penelitian sekaligus membantah asumsi yang menyebutkan bahwa Muslimah sulit memperoleh pekerjaan lantaran mereka memiliki kualifikasi pendidikan yang kurang memadai dibandingkan kelompok sosial lainnya,
Studi tersebut diprakarsai oleh Dr Nabil Khattab dari Program Studi Pascasarjana Institut Doha di Qatar dan Dr Shereen Hussein dari King College London. Data yang dianalisis dalam penelitian itu melibatkan lebih dari 250 ribu kehidupan perempuan. Hasil studi diumumkan dalam konferensi tahunan British Sociological Association pada Rabu (6/4) waktu setempat.
Dr Khattab menambahkan, busana yang dikenakan Muslimah mengungkapkan secara jelas identitas agama mereka kepada calon bos tempat mereka melamar pekerjaan. Hal itu sangat memungkinkan pemilik perusahaan yang memiliki kecenderungan Islamofobia untuk melakukan diskriminasi.
“Dalam dunia kerja, Muslimah memiliki peluang terkena diskriminasi lebih besar dibandingkan wanita non-Muslim.”