REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan sindikat pembuat pupuk palsu yang kasusnya berhasil dibongkar oleh Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Priok menimbulkan kerugian materi senilai Rp 720 miliar bagi petani.
Hal ini disampaikannya dalam pemaparan hasil penyelidikan kasus produksi pupuk palsu di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (8/4). Adapun produksi pupuk dilakukan di Sukabumi, Jawa Barat dengan barang bukti lebih dari 130 ton pupuk palsu beserta peralatan pembuatnya.
"Para pelaku ini sudah beroperasi sejak 2007 dan selama itu sudah ada sekitar 4.800 ton dan disebar ke 20 ribu hektare lahan per tahun," ujar Amran.
Pupuk palsu yang diproduksi oleh empat orang tersangka itu hanya berbahan pewarna pakaian, kapur, dolomit, air dan garam. Penyebarannya pun termasuk luas, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Riau dan Aceh.
"Oleh karena itu kami berharap pihak kepolisian terus mengembangkan kasus ini dan membongkar jaringan para tersangka yang ada di seluruh Indonesia," kata Amran.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Persero Aas Asikin Idat menjelaskan bagaimana pupuk palsu itu bisa menimbulkan kerugian bagi petani. Jika petani menggunakan pupuk asli untuk menanam padi, hasilnya bisa mencapai rata-rata 5,6 ton per hektare. Namun dengan pupuk palsu, hasilnya hanya satu-dua ton per hektare.
"Itu sama saja dengan menanam tanpa pupuk," kata dia.
sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement