Sabtu 09 Apr 2016 11:00 WIB

Belasan Staf Rumah Makan Korut Membelot ke Korsel

Pembelot Korea Utara
Pembelot Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sebanyak 13 warga negara Korea Utara yang bekerja di sebuah rumah makan yang dikelola negara terisolasi itu di sebuah negara ketiga mencari suaka politik di Korea Selatan, pihak Korsel mengatakan pada Jumat. Pihak berwenang Korsel melukiskan pembelotan tersebut tak pernah terjadi sebelumnya.

Para pekerja tersebut, 12 orang wanita dan seorang pria yang mengelola restoran, tiba pada Kamis di Korea Selatan, yang menerima mereka atas dasar kemanusiaan, kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel Jeong Joon-hee. Kementerian itu menangani isu-isu Korea Utara.

"Ada keinginan bersama dari mereka untuk pergi ke Korea Selatan dan tak seorang pun menghalangi," kata Jeong, yang mengutip satu orang di kelompok itu ketika mengatakan kepada pihak berwenang.

Ia mengatakan para pekerja itu sepertinya menghadapi tekanan dari Pyongyang untuk mengirim uang tunai yang diperoleh dari rumah makan itu ke negeri mereka sementara sumber-sumber pemasukan lain dilarang berdasarkan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ketat.

Korsel telah menyarankan para warganya untuk tidak makan di rumah-rumah makan Korut di luar negeri setelah Korsel memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap Pyongyang pada Maret. Saran itu dikeluarkan menyusul resolusi Dewan Keamanan PBBn yang dipicu oleh uji coba nuklir keempat oleh Utara. Media melaporkan bisnis rumah makan Korut telah terganggu.

Rumah-rumah makan di negara-negara seperti China dan Kamboja memperoleh pemasukan sekitar 10 juta setahun yang disalurkan ke Utara, demikian kata Kementerian Unifikasi Korsel.

Para pekerja restoran Korut sering menampilkan pertunjukan musik selain menyediakan makanan, dan dilakukan sebagai bagian dari bukti kesetiaan mereka kepada rezim Korut. Jeong mengatakan tak penah terjadi sebelumnya kelompok seperti itu membelot dari restoran Korut di luar negeri.

Juga tak biasanya Korsel membuat pengumuman resmi tentang pembelotan oleh warga negara Korut, atau bahkan memberikan komentar tentang hal tersebut. Menurut Jeong, pemerintah Korsel memutuskan untuk mengumumkan mengenai kedatangan itu karena sifak pembelotannya yang "tak biasa".

Hingga Maret, sudah sekitar 29 ribu orang melarikan diri dari Korut dan tiba di Korea Selatan, termasuk sebanyak 1.276 orang tahun lalu. Jumlah itu menurun sejak puncaknya pada 2009.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement