REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menampik kalau hanya menggusur rakyat kecil di pemukiman Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Ia mengklaim pernah menolak sejumlah pengembang yang ingin memperluas lahan di wilayah itu.
Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan sejumlah pengembang pernah presentasi padanya agar lahan pengembang itu diperluas. Namun ia menolaknya karena ingin membersihkan seluruh kawasan Waduk Pluit dan Pasar Ikan agar menyatu dengan Muara Baru.
"Pantai Mutiara, PT Taman Harapan Indah, termasuk Pelabuhan Laut Nizamzaman, mereka pernah ngajuin perluasan lahan untuk bikin rumah dan saya tolak," katanya kepada wartawan di Balai Kota Jakarta, Senin (11/4).
Ahok menyebut warga Kampung Akuarium menyerobot tanah negara. Sebab seharusnya tanah itu digunakan untuk pasar, bukan sebagai tempat tinggal. Ia menjanjikan setiap warga yang tinggal di lahan yang bukan peruntukkannya akan ditindak tegas.
"Kalau orang mau tertibkan kita rusuh. Melanggar HAM kita dibilang, ini HAM apa? Saya bilang, membiarkan orang Jakarta tinggal dalam kemiskinan, dimainkan dalam kemiskinan terus, itu lebih melanggar HAM, lihat saja Kalijodo," ujarnya.
Sementara itu mengenai nasib anak sekolah yang tergusur di Kampung Akuarium, menurut Ahok akan mengalami perubahan lebih baik jika pindah ke Rusun. Ia belum berkomentar mengenai nasib anak-anak yang hendak melaksanakan Ujian Nasional (UN).
"Anak-anak sekarang sekolah lebih baik enggak? (ketika di rusun) kan dijemput bus, dikasih KJP dibilang melanggar HAM," ucapnya.