Senin 11 Apr 2016 12:53 WIB

Cerita Warga Luar Batang Jakarta Jelang Penggusuran

Warga Luar Batang bernama Cece sedang membuat es untuk dijual.
Foto: abc
Warga Luar Batang bernama Cece sedang membuat es untuk dijual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kawasan kumuh tertua di Jakarta, Luar Batang, mengalami penggusuran sebagai bagian dari pembenahan Jakarta. Menurut pemerintah salah satu tujuannya untuk menjadikan kawasan ini lebih menarik bagi wisatawan. ABC menemui sejumlah warga di sana.

Warga telah menempati lahan di kawasan ini selama beberapa dekade, dan kini Gubernur Jakarta ingin menggusur mereka untuk membuka jalan bagi pembangunan jalur pengatur banjir.

Ribuan orang tinggal di kawasan rumah padat di Jakarta Utara ini, hidup dari berbagai jenis usaha di gang-gang sempit.Warga Luar Batang Jakarta, Sulastri (68). (Foto: ABC/Adam Harvey)

 "Kami punya anak yang sekolah dan telah nyaman tinggal di sini," kata seorang warga bernama Cece kepada ABC. Dia mengaku berjualan es untuk anak-anak di daerah itu.

"Biarpun bau dan selalu basah, namun kami senang tinggal di sini," katanya.

Gubernur Ahok telah menginstruksikan penggusuran rumah-rumah liar di berbagai wilayah, termasuk yang ramai adalah penggusuran kawasan Kalijodo awal tahun ini.

Namun kawasan Kalijodo yang diketahui penuh dengan kehidupan malam dan perjudian, berbeda dengan Luar Batang yang umumnya dihuni warga penduduk biasa.

Warga setempat bernama Sulastri (68 tahun) termasuk salah seorang yang akan tergusur.

"Saya telah menetap di sini selama 40 tahun. Putri saya sekarang sudah lebih 25 tahun, dan saya sudah berjualan beras di sini selama 23 tahun lamanya, sejak dia masih umur 2 tahun," ujar Sulastri kepada ABC.

"(Mendengar penggusuran ini) saya tidak bisa makan, tidak bisa tidur. Saya terus memikirkannya," katanya.

"Saya punya usaha di sini, dan mereka datang seenaknya menggusur. Kenapa? Kami orang kecil. Mereka ingin menggusur kami dan memasukkan kami ke rusun," tutur Sulastri.

"Kami harus mulai dari awal lagi. Apa yang bisa kami lakukan di tempat baru, harus mulai dari nol," katanya.

Namun karena rumahnya dibangun tanpa izin, Sulastri tidak akan mendapatkan ganti rugi. Dia akan dipindahkan ke rusun namun harus membayar sewa di tempat baru itu. "Di sini orang sudah tahu, saya jualan kerupuk dan bubur," tambahnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-04-11/cerita-warga-luar-batang-jakarta-jelang-penggusuran/1568066
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement