REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Alquran dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Muchlis Hanafi mengatakan kitab kuning merupakan warisan intelektual Islam klasik. Dia menjelaskan, dengan belajar kitab tersebut akan melestarikan ilmu-ilmu dari para ulama masa silam.
"Jadi mempelajari kitab kuning itu, kita menjaga mata rantai ilmu-ilmu keislaman," tutu Muchlis para Republika.co.id, Senin (11/4).
Menurut dia, metode pembelajaran kitab kuning perlu dan harus dikembangkan. "Kitab kuning ini memang perlu dikembangkan dan diaktualisasikan dalam konteks kekinian. Karena dalam kitab tersebut berisi ilmu-ilmu keislaman orisinil yang ditulis ulama-ulama Nusantara dan Arab," ujarnya.
Dengan demikian, keautentikan ilmu-ilmu dalam kitab tersebut akan senantiasa terjaga. "Tapi kita juga tidak mengabaikan perkembangan zaman," tutur lelaki yang juga menjabat sebagai Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kemenag.
Ia menilai sejak masa sekolah, seperti sanawiah dan aliah, kitab kuning layak untuk dipelajari. Jika tidak, akan berdampak pada mutu atau kualitas santri yang hendak menimba ilmu di perguruan tinggi Islam.
"Kualitas input-nya pasti akan menurun, karena mereka tidak menguasai bahasa Arab dan tidak menguasai literatur-literatur dengan baik. Mutu studi Islam di tingkat perguruan tinggi akhirnya menurun," kata Muchlis.