REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi 'Petani' lewat telepon seluler dinilai belum menjadi hal populer bagi kalangan petani. Oleh karena itu, ketika Pemerintah mulai memperkenalkannya, harus ditindaklanjuti dengan penyiapan infrastruktur seperti keterjangkauan signal di pedesaan, kemampuan membeli kuota dan mengoperasikan aplikasi serta kepemilikan gadget pendukung.
Hal tersebut dapat ditempuh lewat kampanye masif seperti yang dilakukan aplikasi transportasi seperti Gojek di perkotaan.
"Bukan hari ini diluncurkan, lalu semua selesai, cara berpikirnya lihat dari sudut pandang masyarakat desa," kata Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi, Senin (11/4).
Kebanyakan kegagalan penerapan aplikasi seluler, lanjut dia, disebabkan kampanye yang tidak konsisten. Terlebih, posisi petani berada di pedesaan.
Makanya kampanye bisa disusupkan lewat beragam media semisal iklan televisi, pemberitaan di media massa dan pendampingan secara langsung maupun menggunakan para penyuluh pertanian.
Konten aplikasi juga harus dibuat sesederhana cara berpikir petani. Seperti Gojek, ia mudah dijangkau para tukang ojek dan konsumen karena kesederhanaan fitur serta kampanye yang masif.
Dukungan infrastruktur pun harus jadi pekerjaan rumah dalam mengkampanyekan aplikasi pertanian. Di mana jaringan harus tersedia sampai ke desa-desa, disediakan subsidi untuk kepemilikan ponsel, paket kuota, sekaligus dipasangkan aplikasinya.
Pengamat IT dari ITB Agung Harsoyo menyebut penggunaan teknologi merupakan hal niscaya di segala sektor termasuk pertanian. Ketika mendorong penggunaan teknologi aplikasi agar digunakan petani, pemerintah harus mengiringinya dengan ketersediaan sarana pendukung semisal jaringan internet, kepemilikan gadget dan pendampingan cara pengoperasiannya.
Teknologi aplikasi akan sangat membantu petani mendekatkan diri dengan konsumen dalam hal tata niaga. Petani juga dapat memanfaatkannya sebagai sarana bertukar informasi kekinian seputar teknik bertanam yang baik, jadwal tanam, penggunaan pupuk dan yang lainnya. Syaratnya, penggunaan aplikask tersebut harus membumi dan tidak memusingkan petani.
"Aplikasi ini juga dapat menjadi sarana promosi, misalnya kalau dia tiga hari lagi panen produk apa, bisa diumumkan agar konsumen mudah menjangkaunya," tuturnya. Teknologi aplikasi merupakan solusi sejumlah masalah pertanian yang harus didukung. Ia pun turut mendorong pemerintah lebih giat berkampanye dan menyediakan infrastruktur pendukung setelah penprkenalan aplikasi dilakukan hari ini.