REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Permintaan mesin-mesin buatan Jepang turun dari prediksi. Ini jadi sinyal belanja modal mulai stabil meskipun penguatan yen membayangi prospek.
Turunnya permintaan hingga 9,2 persen per bulan ini akan jadi indikasi belanja modal dalam dalam enam hingga sembilan bulan ke depan. Para ekonom sendiri memprediksi penurunan permintaan mesin buatan Jepang akan turun 12,4 persen.
Pemerintah Jepang mendorong industri meningkatkan belanja modal untuk menciptakan kesempatan kerja lebih banyak dan menaikkan upah pegawai. Di sisi lain, ada kekhawatiran industri penguatan yen terus berlangsung akan menekan laba mereka.
''Secara keseluruhan, belanja modal meningkat bertahap. Namun tahun fiskal saat ini bisa jadi lebih lambat dari tahun lalu,'' ungkap analis pendapatan tetap Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Shuji Tonouchi seperti dikutip Thomson Reuters, Senin (11/4).
Kebijakan suku bunga negatif yang diterapkan Bank Sentral Jepang (BOJ) dinilai belum juga meningkatkan permintaan kredit sementara penguatan yen menekan laba korporasi.
Permintaan produk manufaktur turun 30,6 persen dari bulan lalu. Angka ini juga yang terparah dalam catatan industri manufaktur. Sementara itu, permintaan sektor jasa meningkat 10,2 persen, yang tertinggi sejak September tahun lalu.
Januari lalu, permintaan produk mesin meningkat 15 persen dari bulan sebelumnya dan terbesar sejak Januari 2003 terutama untuk produk berbahan baja. Meski begitu, angka pada bulan Februari menunjukkan penurunan.
Kantor Kabinet Jepang menyampaikan, permintaan produk mesin mulai menunjukkan peningkatan. Di sisi lain, yen menguat 10 persen terhadap dolar AS.
Penguatan yen jadi kekhawatiran tersendiri karena pendapatan para eksportir akan turun. BOJ sendiri mencoba menstimulus industri dengan penurunan suku bunga hingga negatif sejak Januari lalu. Namun, langkah ini dinilai belum berhasil memicu pergerakan pasar dan penguatan yen yang tidak diinginkan.
Baca: Warga Fallujah yang Kelaparan Makan Rumput dan Biji Kurma