Selasa 12 Apr 2016 15:15 WIB

Kepala BNPT Sebut Autopsi Siyono tak Bisa Temukan Penyebab Kematian

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Achmad Syalaby
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso (kiri) berbincang dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian (kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/3).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso (kiri) berbincang dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian (kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Tito Karnavian ikut bersuara terkait hasil autopsi Muhammadiyah terhadap jenazah terduga teroris Siyono. Tito mengatakan, autopsi tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi dalam suatu peristiwa.

"Autopsi hanya menjelaskan bahwa terjadi kekerasan, sebab mati karena apa," ujar Tito, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/4). Temuan sementara terkait kematian Siyono, kata Tito, diakibatkan benturan karena kekerasan fisik oleh anggota densus dengan tangan kosong. Namun, hal tersebut terjadi karena posisi membela diri.

Sebelumnya, Muhammadiyah dan Komnas HAM mengumumkan hasil autopsi terjadap jenazah Siyono. Hasilnya, Siyono tewas karena tulang di dada patah hingga menembus jantung. Selain itu, mereka mengklaim Siyono tidak melakukan perlawanan.

Sebagai mantan kepala Densus 88, Tito menuturkan bagaimana anggota densus harus terus diingatkan terkait SOP. Hal itu menjadi tanggung jawab moral dan strategi dalam memberantas terorisme.

Mantan kapolda Metro Jaya itu menambahkan, terkait temuan Propam yang mengakui ada kesalahan prosedur dari anggota densus, itu bukan termasuk tindak kriminal. Kesalahan prosedur di antaranya tidak diborgolnya Siyono.

Kendati demikian, cara dengan tidak diborgol, diakui Tito, merupakan salah satu cara menarik hati orang yang sedang diinterogasi. Hal itu juga pernah dilakukan Tito sejak tahun 1999. "Tapi beberapa kali miss hitungannya, dia lebih kooperatif dan nyaman. Faktanya, dia punya kesempatan melarikan diri," ucapnya.

Dalam catatan densus, Tito menegaskan, nama Siyono memang terlibat jaringan terorisme. Sekitar 13 orang menyebut namanya termasuk pemegang senjata.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement