REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kapolri Jenderal (Purn) Da'i Bachtiar mengatakan, dia mengapresiasi Polri yang memberi kesempatan kepada Muhammadiyah dan Komnas HAM untuk mengautopsi jenazah Siyono.
"Polri sudah memberikan kesempatan, ini perlu diapresiasi. Kalau hasil uji forensik ini kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan, maka kalau diperlukan koreksi harus diterima dengan lapang dada," katanya, Selasa (12/4).
Da'i menjelaskan, terkadang petugas kepolisian bisa berteori tetapi saat di lapangan, misalnya, terduga teroris dicari-cari. Saat bertemu, malah mereka ngeyel dan emosi bisa meledak. "Makanya untuk kasus Siyono ini harus dilihat sistem pengawasan berjenjang dari atas ke bawah bagaimana."
"Kalau memang harus ada koreksi di Densus 88, harus dilihat apa prosedurnya yang salah, atau apa pengawasannya yang kurang," ujar Da'i yang juga anggota Dewan Pembina Universitas Pancasila.
Dia mengimbau, masalah ideologi jangan selalu dihadapi dengan kekerasan. Da'i menyarankan agar Densus 88 menghadapi ideologi di otak karena mereka merupakan orang-orang yang berani mati. "Ideologi ini ada di otak, jadi ajak mereka bicara, berdiskusi. Itu salah satu cara deradikalisasi," kata Da'i.