REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Alumni Madinah University di Indonesia menilai penting peran ulama. Utamanya, dalam memperkokoh kebangsaan.
"Peran ulama menjadi penting dewasa ini, karena dari hari ke hari makin tergerus," ujar KH. Bachtiar Nasir Lc (UBN), Ketua terpilih alumni Madinah University dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (12/4).
Salah satu fokus yang ditempuh dari sisi penguatan sosial, hal ini mendesak karena bangsa ini mengalami krisis dan darurat di berbagai hal, seperti darurat narkoba, darurat LGBT, dan darurat moral. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi semua elemen bangsa termasuk para ulama alumni Madinah, bagaimana meningkatkan perannya masing-masing dan berjibaku untuk mengatasi kondisi tersebut.
"Kondisi ini tidak bisa dipandang enteng. Harus bersatupadu mengatasinya untuk menyelamatkan generasi bangsa," sambungnya.
Terkait aliran kekerasan, misalnya, para alumni Madinah University jelas sekali ikut memerangi isu terorisme yang telah jauh mendiskreditkan Islam baik secara nasional maupun internasional. "Misalnya dengan pentolan teroris Poso Santoso, apakah dia alumni Madinah? Pernah sekolah di Arab Saudi? Begitu juga dengan Imam Samudra, Amrozi, dan lainnya. Apakah mereka pernah sekolah di Madinah atau Arab Saudi? Tidak", tegasnya.
Justru, para alumni Madinah University mengambil peran-peran strategis di bidang pembangunan bangsa khususnya di sektor pendidikan, dakwah, bahkan dalam penyelenggaraan negara. Buktinya, tidak sedikit alumni Madinah University yang menjadi anggota parlemen hingga menjadi pimpinan MPR seperti Hidayat Nur Wahid.
Selain itu, banyak yang terpilih menjadi anggota legislatif dan eksekutif seperti gubernur, wali kota, bupati, dan juga menteri. "Ada juga yang pernah menjadi menteri seperti Maftuh Basyuni sebagai mantan menteri agama", katanya.
Ketua Dewan Syura Ikatan Alumni Madinah, Hidayat Nur Wahid menyatakan, saat ini Indonesia mengalami krisis dan darurat yang tidak bisa dianggap main-main. Misalnya, terkait kasus narkoba, BNN menyatakan Indonesia darurat narkoba. Dalam hal moral, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan tegas menyatakan, Indonesia darurat moral. Selain itu Indonesia juga mengalami banyak darurat, seperti darurat perlindungan anak, darurat LGBT, dan terorisme.
Dalam hal LGBT, Hidayat mengusulkan dikeluarkan semacam Perpres atau Keppres tentang bahaya LGBT. "Soal bahaya narkoba, kami di DPR akan merevisi UU Narkoba. Kalau soal terorisme, ini sangat mengherankan ada perasaan takut terhadap terorisme dari publik yang diarahkan ke satu kelompok salah satunya lulusan Saudi," katanya.
Sementara itu dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) Alumni Madinah University se-Indonesia kemarin di Jakarta, dihadiri lebih 300 peserta alumni tahun 1968-2015. Ini adalah pertemuan terbesar pertama yang dilakukan dan menghasilkan berbagai kesepakatan positif.
Dalam pertemuan tersebut terpilih beberapa tokoh mewakili organisasi ini seperti Mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni sebagai Ketua Dewan Syura Ikatan Alumni Madinah dengan anggota Hidayat Nur Wahid, Yuseran Salman, dan Fadhol Arofah, KH Bachtiar Nasir sebagai Ketua Umum, Kasyful Anwar (Wakil Ketua Umum), Muh Ridwan Yahya (Sekjen), dan Salim Soleh Al-Muhdhar (Bendahara Umum).
Terpilihnya Bachtiar Nasir sebagai ketua umum karena selama ini dia dikenal baik di lingkungan alumni seluruh angkatan. Selain itu UBN dianggap mampu berada di antara kelompok tua dan muda, karena merupakan alumni tertua di kalangan muda, dan termuda di kalangan kelompok tua sehingga dapat masuk di semua lapisan alumni. Ketiga, sebelum organisasi ini terbentuk, Bachtiar Nasir sudah melakoni organisasi ini sebagai khidmah dengan tidak mengedapankan perbedaan pemikiran antara tua dan muda.
Berbagai program penting dalam pertemuan tersebut antara lain membangun sinergitas antara alumni Madinah yang memiliki peran-peran penting baik secara sosial maupun kelembagaan. Yakni sinergi untuk menyatukan kekuatan untuk penguatan keislaman bagi bangsa Indonesia di antara alumni baik yang menjadi penyelenggara negara, anggota parlemen, bupati, dan wali kota. Karena, mereka pada dasarnya adalah ulama, da'i dan pendidik.