Selasa 12 Apr 2016 17:54 WIB

Kapal Nelayan Dipenuhi Perabotan Rumah, Bukan Lagi Ikan

Rep: C21/ Red: Achmad Syalaby
Sejumlah perahu nelayan berpawai memeriahkan Puncak Peringatan Hari Nusantara ke-15 di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/12).  (Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Sejumlah perahu nelayan berpawai memeriahkan Puncak Peringatan Hari Nusantara ke-15 di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Ahad (13/12). (Antara/Akbar Nugroho Gumay)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perahu para nelayan tradisional di Kawasan Pasar Ikan, Luar Batang, Jakarta Utara, terlihat tidak lagi seperti biasanya. Setelah penggusuran, nelayan-nelayan dari Kawasan Pasar Ikan Luar Batang, RW 04, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara tak lagi melaut. 

Sejak semalam, warga merasakan pahitnya menjadi korban tergusur. Mereka terpaksa saling berimpitan satu sama lain di perahu kecil milik temannya. Dari kasur, lemari sampai dengan keluarganya tidur di atas kapal-kapal yang seharusnya untuk melaut menangkap ikan. Kapal tersebut pun tidak digunakan sebagaimana mestinya seperti layaknya kapal pencari ikan.

Seorang nelayan asal Bugis, Sampra (53 tahun) mengatakan tumpukan perabotan rumahnya terpaksa ditaruh di atas kapal tradisional temannya. "Sudah dari kemarin perabotan dan keluarga tidur di kapal," kata dia, Selasa (12/4).

Sampra menuturkan, dia memang telah mendapatkan rumah susun (rusun) Marunda. Namun kondisinya sangat memperihatinkan. Kamar rusun yang didapat bocor parah."Tapi memang saya dialihkan ke rusun Pulogebang, namun ditolak karena tempatnya tak nyaman dan terbuka lebar," kata dia.

Sebagai seorang mekanik kapal, dia menjelaskan, tempat tinggalnya tidak dapat jauh dari laut. "Sebagai tukang kayu kapal ikan rusak. Gaji cuma 120 ribu, namun tidak satu hari perkapal. Kadang kerja seminggu, tapi liburnya dua minggu," kata dia.

Sampra mengaku sudah tinggal di Pasar Ikan selama 27 tahun. Ayah beranak empat ini mengaku sudah mencari kontrakan usai digusur."Saya juga sudah mencari kontrakan di mana-mana. Itu juga kalau mencari kontrakan jauh susah, sedangkan Kampung Luar Batang juga terancam," kata dia.

Dari kemarin sejumlah warga yang tak mendapatkan rusun atau rusun layak huni menaruh barang-barang di kapal di sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa. Memang diakuinya, dia tidak memiliki sertifikat, namun hanya memiliki Pajak Bumi Bangunan (PBB).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement