Rabu 13 Apr 2016 05:45 WIB

Ayahnya Masuk Daftar Panama Papers, Ini Bantahan PM David Cameron

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
 Perdana Menteri Inggris David Cameron
Foto: guysernpress.com
Perdana Menteri Inggris David Cameron

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron telah berjuang kembali setelah kritik keuangan Panama Papers yang menimpanya. Cameron merasa tuduhan itu menyakitkan dan tidak benar terkait investasi almarhum ayahnya.

Mencoba untuk mengembalikan reputasinya, Cameron bersikeras pada Senin bahwa kekayaannya bukanlah sesuatu yang kotor seperti yang banyak diutarakan orang-orang. Ia mengatakan, Inggris bertindak untuk menghentikan penggelapan di luar negeri.

Cameron telah berada di bawah tekanan yang meningkat sejak ayahnya, Ian Cameron diidentifikasi sebagai klien sebuah firma hukum Panama Mossack Fonseca. Firma tersebut mengkhususkan diri dalam membantu orang kaya mengurangi beban pajak mereka.

Perdana menteri awalnya menolak untuk mengatakan apakah ia memiliki saham di Blairmore Holdings, sebuah perusahaan offshore yang didirikan ayahnya. Cameron mengaku telah menjual sahamnya tak lama sebelum ia terpilih di parlemen pada 2010.

"Saya menerima semua kritik untuk tidak menanggapi lebih cepat masalah ini pekan lalu," katanya dilansir Al Jazeera, Selasa (12/4).

Cameron mengatakan, ayahnya telah menyiapkan dana investasi luar negeri sehingga bisa memperdagangkan sekuritas dolar. Prakitk ini diakui Cameron adalah standar dan tidak untuk menghindari pajak.

Ia mengatakan, jutaan warga Inggris juga memiliki investasi di dana tersebut melalui pensiun tempat kerja. Kebocoran keuangan keluarga Cameron ditemukan di antara lebih dari 11 juta dokumen yang bocor dari firma hukum tersebut.

Cameron telah memperjuangkan transparansi keuangan yang lebih besar dengan menerbitkan ringkasan pajak sejak 2009 dan menjadi pemimpin Inggris pertama yang melakukannya. Cameron juga akan menjadi tuan rumah KTT anti-korupsi internasional di London bulan depan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement