REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekertaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Saefullah menyebut kunci bagi warga yang terkena efek gusuran adalah keinginan untuk berubah. Sebab baginya, warga DKI harus belajar menaati aturan agar tercipta kota yang tertata rapih.
Ia mengatakan dampak sosial atas penggusuran akan selalu ada, khususnya di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Para warga kini banyak yang tinggal di perahu karena enggan pindah ke rumah susun (rusun). Menurutnya, penggusuran pun banyak membawa manfaat.
Misalnya penggusuran bantaran sungai yang membuat saluran air jadi lebih lancar. Sekaligus pula, menciptakan jalan baru yang bisa dilalui kendaraan.
"Kuncinya kan ada keinginan berubah daripada tinggal di tempat terlarang seperti bantaran kali. Itu kan jelas-jelas dilarang. Nah kalau bantara kali ada jalan inspeksinya akan memudahkan pemda untuk merawat saluran itu. Kalau ada sedimen, alat berat kita bisa masuk dan manuver, bisa jadi jalan alternatif," katanya kepada Republika, Rabu (13/4).
Di sisi lain, menurutnya, dampak sosial paling parah adalah soal jauhnya tempat tinggal baru dengan tempat mencari nafkah. Meski begitu, pemindahan warga gusuan ke rusun turut membawa dampak positif seperti pengurusan kependudukan dan keterjaminan sekolah bagi anak-anak.
Baca juga, Warga Korban Gusuran Pasar Ikan Merasa Tertipu.
Selain itu, baginya, pemindahan warga ke rusun seharusnya membuat warga lebih terhormat karena tak lagi tinggal di tempat kumuh. "Tapi sebagian dari yang dipindahkan juga ada yang merasa terhormat dan lebih baik karena tinggal di rusun. Karena dampak penertiban itu kan identitas yang terkait KTP, anak-anak sekolahnya kita fasilitasi, kita urus kita pindahkan, mereka tinggal sekolah aja," ujarnya.