Rabu 13 Apr 2016 21:20 WIB

BNPT Diminta Terbuka Terkait Kematian Siyono

 Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani menujukkan hasil autopsi dari tim forensik Muhammadiyah terhadap jenazah Siyono di kantor Komnas HAM RI, Jakarta, Senin (11/4). (Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani menujukkan hasil autopsi dari tim forensik Muhammadiyah terhadap jenazah Siyono di kantor Komnas HAM RI, Jakarta, Senin (11/4). (Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR Habib Aboe Bakar Alhabsyi meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk terbuka terkait terduga teroris Siyono yang tewas setelah ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror.

"BNPT perlu memberikan penjelasan kepada publik, meskipun tidak gampang karena masyarakat saat ini cenderung tidak percaya," kata Habib dalam rapat dengar pendapat Komisi III bersama BNPT di Jakarta, Rabu (13/4).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan, terorisme adalah musuh bersama seluruh bangsa Indonesia. Dengan kondisi perekonomian yang sedang sulit seperti ini, BNPT perlu memberikan penjelasan secara bijak.

"Kalau kamu menanyakan tentang terorisme, bukan berarti kami mendukung teroris. Karena itu, perlu ada penjelasan yang bijak dari pemerintah," tuturnya.

Menurut Habib, BNPT perlu memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang definisi terorisme yang sebenarnya karena ada beberapa kejadian serupa terjadi, tetapi kemudian tidak disebut sebagai teroris.

"Contoh di daerah-daerah konflik, ada beberapa anggota TNI/Polri yang terbunuh, tetapi pelakunya tidak disebut teroris. Ada pula kejadian pelaku membawa bom di Alam Sutera, tetapi tidak disebut teroris," katanya.

Habib menyoroti tentang adanya pemberitaan media yang menyebutkan ratusan orang yang dibaiat oleh kelompok ISIS. Dia mempertanyakan siapa yang membaiat itu dan mengapa tidak ditangkap.

"Atau apakah membaiatnya dengan teknologi, melalui 'teleconference'. Jadi yang membaiat 'teleconference' langsung dari Suriah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement