REPUBLIKA.CO.ID, IDOMENI -- Polisi Makedonia, Rabu (13/4), menembakkan gas air mata untuk membubarkan sekitar 50 pendatang yang terdampar di Yunani dan berupaya untuk menghancurkan pagar kawat berduri yang memisahkan kedua negara, kata seorang saksi mata.
Setelah itu, baku hantam terjadi dan polisi antihuru-hara Yunani turun tangan untuk menengahi kerumunan. Ketegangan telah memanas di kamp migran darurat di dekat kota Idomeni, tempat lebih dari 10.000 migran dan pengungsi terdampar sejak Februari.
Pada bulan itu, negara-negara Balkan menutup perbatasan mereka bagi siapa pun yang sedang mengarah ke utara. Ratusan pendatang mengalami luka-luka pada Minggu ketika kerumunan migran bentrok dengan polisi Makedonia. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet setelah satu kelompok orang berupaya menyerbu perbatasan.
Rute Balkan merupakan jalur yang disukai oleh sekitar satu juta migran yang tahun lalu menyeberang menuju Eropa barat dan utara dari Timur Tengah dan kawasan-kawasan lainnya. Presiden Makedonia Gjorge Ivanov dan mitra-mitranya dari Slovenia dan Kroasia, yaitu Borut Pahor dan Kolinda Grabar-Kitarovic, pada Rabu mengunjungi sebuah pusat persinggahan di Makedonia.
Pusat transit itu menampung 135 pendatang yang terjebak karena perbatasan-perbatasan ditutup. Setelah bertemu dengan kepolisian Kroasia dan Slovenia yang membantu penjagaan di perbatasan dengan Makedonia, Ivanov mengatakan pihak berwenang negaranya akan tetap menutup perbatasan sesuai dengan kebijakan Uni Eropa.
"Insiden-insiden terbaru yang terjadi di perbatasan menunjukkan betapa besar tekanan dari para migran untuk membuka kembali jalur ini, tapi ... kami akan menghormati keputusan (Uni Eropa) itu," katanya kepada wartawan.
Baca:
Rousseff: Wapres Berkonspirasi Singkirkan Saya
Menhan: Sandera Abu Sayyaf Masih Sehat
Kemenlu Pastikan Penuhi Hak Sandera Abu Sayyaf