REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM --Kasus kematian warga akibat penyakit deman berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, terus mengalami peningkatan.
"Sejak 1 Januari sampai saat ini jumlah kasus kematian akibat DBD sudah mencapai lima orang dari total kasus 351," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Rabu.
Belum lama ini kasus kematian akibat DBD dua orang, kemudian naik menjadi tiga orang, dan pekan lalu menjadi empat orang. Pekan ini bertambah satu lagi sehingga menjadi lima orang.
Sementara pada tahun 2015, kasus kematian akibat DBD tidak ada. Namun demikian Dinkes belum bisa menetapkan kasus DBD di Kota Mataram sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Penetapan KLB itu adalah kewenangan kepala daerah, dan jika kabupaten/kota belum bisa mengambil keputusan penetapan KLB, sesuai dengan Permenkes 1501/2010 KLB bisa ditetapkan oleh pemerintah provinsi," katanya.
Jumlah kematian akibat DBD, katanya, tentu sangat mengkhawatirkan akan terjadi penambahan sebab cuaca saat ini masih fluktuatif.
Karena itu, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi dan mengimbau masyarakat melalui puskesmas dan kader agar masyarakat bisa melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara masif.
"Kita akui, meski kami sudah menggencarkan PSN, namun masyarakat kesannya masih kurang aktif dan inilah yang menjadi kendala kami," katanya.
Dalam upaya penangan DBD, menurutnya, Dinkes telah mengambil langkah penanganan dan antisipasi seperti halnya sebuah daerah KLB.
Berbagai prosedur penanganan sudah dilakukan, mulai dari pemberian abate, "fogging" pagi dan sore hari, serta upaya PSN pun tetap dilakukan.
"Tetapi kami tidak bisa mencegah hujan turun dan tidak bisa mengendalikan cuaca. Kita hanya berharap masyarakat aktif melakukan PSN," katanya.
Termasuk di lingkungan sekolah, karena setelah tim dari Dinkes melakukan uji jentik nyamuk, ternyata lingkungan sekolah banyak "menyimpan" jentik nyamuk yang harus menjadi atensi bersama.