REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para penandatangan ikrar dan manajemen Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP) menyambut baik keputusan Presiden Joko Widodo yang sedang menyiapkan moratorium terhadap pembukaan lahan baru kelapa sawit di Indonesia. Keputusan ini sekaligus membuktikan bahwa petani sawit sebagai produsen utama kelapa sawit di Indonesia harus diberdayakan dan ditingkatkan kapasitasnya. Tujuannya tentu tak lain agar petani sawit dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit mereka secara maksimal melalui praktik-praktik bertani yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Vice President Corporate Communications and External Affairs Golden Agri-Resources Anita Neville menyatakan, perusahaan menyambut baik sinyal jelas dan pendekatan yang dilakukan Pemerintah Indonesia terkait moratorium kelapa sawit.
“Kami akan terus mendukung pemerintah karena inisiatif ini memberikan indikator dalam memperkuat pengelolaan sektor pertanian berkelanjutan, seperti Badan Restorasi Gambut dan moratorium kelapa sawit ini,” kata Anita dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (15/4).
Menurut Anita, Golden Agri Resources (GAR) sebagai salah satu penanda tangan komitmen IPOP menantikan kontribusi yang dapat dilakukan untuk menyukseskan moratorium sawit. Perusahaan berharap ada aksi nyata dan program tersusun yang akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani sawit.
Direktur Eksekutif IPOP Nurdiana Darus menyatakan,”para penandatangan ikrar, manajemen IPOP, dan Kadin memiliki misi yang sama dengan pemerintah. Produktivitas, katanya, merupakan kunci bagi pembangunan kelapa sawit Indonesia berkelanjutan. “Untuk itu, kami telah merancang program dan aksi nyata untuk menyelesaikan akar permasalahan mendasar yang dialami petani sawit,” katanya.
Menurut Nurdiana, solusi petama yang dibutuhkan adalah memetakan siapa kelompok pemangku kepentingan dan kapan upaya tersebut harus dilakukan untuk mengidentifikasi dan memahami akar permasalahan yang dialami petani sawit. Langkah pertama akan menentukan suksesnya dukungan untuk mengatasi permasalahan legal dan teknis, yang pada akhirnya memungkinkan petani untuk mengimplementasikan praktik berkelanjutan di lapangan.
Hingga saat ini, Nurdiana melanjutkan, semua penandatangan ikrar IPOP, yakni Asian Agri, GAR, Wilmar, Cargill, Musim Mas, dan Astra Argo Lestari, sangat aktif dalam mengimplementasikan program pemberdayaan petani, baik plasma maupun swadaya yang secara kolektif berkontribusi terhadap 40 persen minyak sawit Indonesia. Program pemberdayaan petani tersebut akan terus dilakukan oleh masing-masing perusahaan maupun secara kolektif melalui program pemberdayaan IPOP. Upaya kolektif tentunya akan membawa dampak yang lebih besar terhadap peningkatan produktivitas dan kapasitas petani di Indonesia.
CEO Cargill Tropical Palm John Hartmann menyatakan, petani merupakan bagian penting untuk memenuhi permintaan global terhadap kelapa sawit berkelanjutan. Praktik berkelanjutan telah menciptakan dampak nyata terhadap petani plasma dan swadaya yang didampingi Cargill. “Praktik ini terbukti telah meningkatkan pendapatan, memungkinkan operasional yang lebih efisien, tepat guna, dan menghasilkan panen yang lebih tinggi,” katanya.