REPUBLIKA.CO.ID, GUAYAQUIL -- Gempa dahsyat yang dialami Ekuador sudah menewaskan sedikitnya 233 orang dan melukai ratusan lainnya. Kota-kota di pesisir hancur dan memaksa para warga mengungsi ke dataran yang lebih tinggi pada Sabtu (16/4) malam.
Berdasarkan lansiran dari kantor berita AP, Presiden Ekuador Rafael Correa mengkonfirmasi jumlah korban tewas tersebut. Ia menyebut ke-233 korban tewas dalam bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 skala richter.
Gempa bumi tersebut mengguncang pantai Pasifik Ekuador dan dirasakan ratusan kilometer jauhnya di ibu kota negara Quito. Getaran juga dirasakan di kota perdagangan Guayaquil. Di kota itu, puing-puing berserakan di jalanan dan sejumlah bangunan mengalami keretakan, dan sebagian runtuh.
Jembatan di kota itu ambruk menimpa kendaraan hingga hancur. Keadaan darurat sudah diberlakukan di enam provinsi, sementara pemerintah mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah.
Rafael Correa menyatakan keadaan darurat nasional dan mempersingkat kunjungannya ke Italia untuk kembali ke negara Andes, yang berpenduduk 16 juta jiwa itu.
"Semuanya bisa dibangun kembali, tapi nyawa tidak bisa dikembalikan, dan itu yang paling menyakitkan," katanya.
Aliran listrik dan telepon di sebagian ibu kota terputus selama beberapa jam namun pemerintah kota mengatakan layanan kedua fasilitas itu sudah diperbaiki. Tidak ada laporan mengenai jatuhnya korban di kota tersebut.
Pemerintah menggambarkan gempa itu sebagai gempa bumi terburuk yang pernah dialami Ekuador sejak 1979,. Kala itu 600 orang tewas dan 20 ribu lainnya luka-luka, demikian menurut badan geologi Amerika Serikat.