REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pendapatan kelompok garis keras ISIS anjlok sekitar 30 persen sejak pertengahan 2015. Hal ini memaksa kelompok tersebut memperkenalkan sejumlah jenis pajak baru.
"Pada medio 2015, pendapatan bulanan ISIS sekitar 80 juta dolar AS. Pada Maret 2016, pendapatan mereka turun menjadi 56 juta dolar AS," ujar analis senior dari lembaga riset IHS, Ludovico Carlino yang rutin mengeluarkan laporan mengenai wilayah kekuasaan ISIS, Senin (18/4).
Dikutip dari The Guardian, laporan IHS juga mengatakan produksi minyak di wilayah kekuasaan ISIS sebanyak 21 ribu barel, turu dari 33 ribu barel per hari.
Ini disebabkan sebagian besar karena serangan udara oleh koalisi pimpinan AS dan Rusia. Namun, IHS juga memperingatkan penurunan itu hanya interupsi produksi karena militan mampu memperbaiki infrastruktur dengan cepat.
Laporan mengatakan sekitar 50 persen pendapatan ISIS berasal dari pajak dan penyitaan perusahaan dan properti. Sebanyak 43 persen berasal dari minyak.
IHS mengatakan ISIS kehilangan 22 persen wilayahnya dalam 15 bulan terakhir. Kini ISIS memrintah lebih dari enam juta orang, bukan sembilan juta. Artinya dsar pendapatan pajak menurun.
Baca: Komandan Al-Shabaab Menyerahkan Diri di Somalia Tengah