Senin 18 Apr 2016 10:49 WIB

Jadi Tuan Rumah WCF 2016, RI Hadirkan Harmoni dan Kearifan Lokal

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Achmad Syalaby
The World Culture Forum (illustration)
Foto: culturemedia.asia
The World Culture Forum (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengumumkan pelaksanaan Forum Kebudayaan Dunia (World Culture Forum) 2016, yang akan dihelat di Nusa Dua Convention Center, Bali, pada 10-14 Oktober mendatang. 

Menteri Anies menjelaskan, tema yang akan diangkat, yakni "Culture for an inclusive sustainable planet." Indonesia sebagai tuan rumah dinilai memiliki ciri khas kebudayaan yang beragam dan kaya.  Sebanyak 1.500 peserta dari pelbagai negara diperkirakan akan hadir. Mereka terdiri atas perwakilan negara-negara, budayawan, akademisi, dan kaum muda. 

"WCF adalah forum untuk merumuskan landasan kebudayaan untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan lestari," kata Menteri Anies Baswedan di kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (18/4). 

Pemerintah berkomitmen terhadap penyelenggaraan World Culture Forum tahun ini. Menteri Anies menuturkan, Indonesia dapat menghadirkan pengalaman berbudaya yang khas kepada dunia. 

Salah satunya, harmoni dan kearifan lokal. Menurut dia, ada banyak negeri punya kesatuan namun belum memiliki persatuan. Sedangkan, Indonesia memiliki dua-duanya. "Kita tidak menempatkan kebudayaan sebagai warisan semata, tapi lebih dari itu, sebagai elemen dasar atas masa depan," sambung mantan rektor Universitas Paramadina itu. 

Keberagaman latar belakang peserta diharapkan membuat World Culture Forum menjadi ajang pertukaran gagasan dan pengalaman lintas sektor dan generasi. Badan PBB untuk kebudayaan dunia (UNESCO) juga mendukung acara tersebut. 

Menteri Anies menuturkan, ajang World Culture Forum juga untuk menegaskan kembali konvensi UNESCO. Yakni Kebudayaan sebagai hulunya pembangunan. Sehingga, kebudayaan pun tak bisa dianggap sebagai pelengkap saja dalam pembangunan. 

"Forum ini digarap menjadi jembatan setidaknya tiga hal. Antara masa lalu dan masa depan. Kedua, antara generasi kemarin dan generasi masa depan. Dan ketiga, antara warisan kemarin dan lapang baru, atau landscape baru yang modern."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement