REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah lembaga riset Amerika Serikat, IHS mengatakan ISIS kehilangan 30 persen pendapatannya sejak pertengahan 2015.
Analis senior IHS Ludovico Carlino mengatakan ISIS kehilangan 22 persen wilayah kekuasaan dalam 15 bulan terakhir. ISIS kini menguasai enam juta jiwa dari sembilan juta jiwa. Otomatis basis pajak menurun.
"Penelitian kami menemukan ISIS menaikkan pajak layanan dasar dan menciptakan cara baru untuk mendapatkan uang dari populasi," ujarnya, dikutip The Guardian, Senin (18/4).
Baca: Pendapatan ISIS Anjlok Setelah Kehilangan Wilayah Kekuasaan
Carlino mengatakan pajak tersebut meliputi pajak bagi pengemudi truk, biaya bagi warga yang memasang piringan satelit baru atau memperbaiki piringan satelit, dan biaya bagi siapa pun yang ingin keluar dari kota.
ISIS membuat denda baru karena tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar di dalam Alquran. ISIS juga menarik uang tunai sebagai alternatif denda badaniah.
"ISIS masih memiliki kekuatan di kawasan, tapi anjloknya pendapatan yang cukup signifikan akan meningkatkan tantangan kelompok ini dalam menjalankan wilayahnya untuk waktu yang lama," kata Carlino.
Sejak konflik Suriah pecah pada 2011, setengah populasi negara tersebar, termasuk lima juta orang yang mengungsi ke negara tetangga. Lebih dari 270 ribu orang tewas.