Senin 18 Apr 2016 14:38 WIB

NU Palu: Islam Jelas Bukan Agama Ekstrem

Masyarakat Islam di Palu
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Masyarakat Islam di Palu

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Ubay Harun menegaskan bahwa Islam jelas-jelas bukanlah agama ekstrem yang membenarkan dan menyuruh umatnya untuk berbuat kekerasan terhadap sesama manusia. "Islam agama rahmatan lil'alamin yang mengajarkan kepada umatnya untuk saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia di muka bumi, untuk kedamaian dan ketenteraman," ucapnya di Palu, Senin (18/4).

Dia mengatakan, Islam sangat toleran terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Islam juga bukan agama yang menyuruh penganutnya untuk bertindak ekstrem ketika menyikapi suatu problem dan dinamika.

Ia mengatakan, jika ada praktik ekstremisme yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap sesama manusia di Provinsi Sulawesi Tengah, itu bukan berasal dari kalangan umat Islam. Sebab, Islam bukanlah agama yang menyikapi suatu dinamika atau problem dengan cara yang mengedepankan kekerasan, baik kekerasan intelektual yang bersifat doktrin keras dan radikal maupun kekerasan dalam tindakan.

Islam selalu mengedepankan intelektual, yaitu berdiplomasi atau dialog, bermusyawarah dalam menyikapi suatu dinamika dan problem yang terjadi, baik yang menyangkut masalah keagamaan umat maupun masalah lainnya.

"Islam sangat tidak membenarkan menyelesaikan masalah atau menyikapi suatu masalah dan dinamika dengan cara-cara kekerasan, intimidasi, dan lainnya. Olehnya, itu penganut Islam tidak akan melakukan cara-cara itu, melainkan lebih mengedepankan cara-cara yang santun," ujarnya.

Dia pun meminta kepada sekelompok orang agar tidak mengatasnamakan gerakannya dengan gerakan Islam atau mengatasnamakan agama dalam tindakan yang dinilai oleh banyak orang sangat bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Menyusul membawa nama agama merupakan perbuatan yang mencederai banyak orang atau penganut pada agama tertentu, sehingga menimbulkan kemarahan dan kebencian terhadap pihak-pihak yang gerakannya mengatasnamakan agama.

"Mestinya kita tidak harus egois dalam bertindak, serta terburu-buru menamakan suatu gerakan. Sebab egois dan sentimen yang berlebihan akan mendapat respons yang kurang baik. Apalagi jika gerakan yang dibangun tidak sesuai dengan ajaran Islam," sebutnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement