Senin 18 Apr 2016 15:03 WIB

Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman Dikhawatirkan Menurun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
iIustrasi pertumbuhan industri makanan dan minuman.
Foto: Republika/ Wihdan
iIustrasi pertumbuhan industri makanan dan minuman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pertumbuhan industri makanan dan minuman pada kuartal I 2016 dikhawatirkan akan menurun. Sebab, penjualan di sektor ritel pada Maret 2016 cenderung turun dibandungkan dengan Januari dan Februari 2016.

"Dalam diskusi beberapa hari ini kami dapat data-data dari ritel penjualannya minus antara satu persen sampai 2,5 persen," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman di Jakarta, Senin (18/4).

Adhi menjelaskan, penurunan penjualan di sektor ritel disebabkan oleh kebijakan pemerintah terkait perpajakan. Salah satunya yakni rencana pemeriksaan terhadap kartu kredit, sehingga menimbulkan kegelisahan bagi konsumen. Selain itu, pertumbuhan pinjaman bank dan PPN juga negatif sekitar dua persen.

"Kami khawatir dengan penurunan ini, dan kami berharap pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan baru yang menganggu kondisi perekonomian kita yang belum stabil," kata Adhi.

Adhi menambahkan, pertumbuhan investasi di sektor makanan juga menurun sekitar 40 persen dan minuman turun 70 persen. Menurutnya, minat investor untuk berinvestasi di sektor makanan dan minuman jumlahnya cukup banyak. Namun, mereka masih wait and see serta mempertanyakan kebijakan pemerintah terkait perpajakan dan cukai.

Adhi mengatakan, sebenarnya paket-paket kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah terutama terkait deregulasi sudah cukup bagus. Adhi mengaku selalu mempromosikan kebijakan tersebut kepada para investor dan asosiasi serupa ketika sedang melakukan pekerjaan bisnis di negara lain.

"Tapi di tengah-tengah itu ada isu yang kontradiktif. Pemerintah sudah membuat regulasi tapi ada kebijakan yang nggak kondusif, misalnya kartu kredit mau diperiksa," ujar Adhi.

Untuk membuat iklim bisnis di dalam negeri kondusif, Adhi berharap pemerintah tidak membuat kebijakan baru terlebih dahulu. Sebab masih banyak kebijakan lama yang belum berjalan maksimal dan belum tertib, misalnya saja kebijakan terkait PPN.

Meski ada kekhawatiran pertumbuhan industri makanan dan minuman menurun, namun Adhi belum bisa menyebutkan angkanya karena masih menunggu data-data yang belum sepenuhnya terkumpul. Sejauh ini Adhi memastikan, belum akan melakukan revisi target pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2016 ini yakni sekitar delapan persen.

Baca juga: Respons Terhadap Paket Kebijakan Ekonomi Dinilai Belum Sesuai Harapan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement