REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat opera Ninok Leksono mengakui bahwa masyarakat Indonesia jarang menonton opera. Pasalnya, bangsa Indonesia sangat bangga terhadap kebudayaannya.
"Bangsa Indonesia mencintai kesenian adiluhungnya sendiri, seperti wayang orang dan masih banyak lagi," ujar pria 60 tahun itu belum lama ini.
Namun, menurut Ninok, mereka bukannya tak terbuka pada pertunjukan opera. Terutama, penikmat seni yang terpapar globalisasi dan terbuka untuk mempelajari kesenian dari negeri asing.
Dengan hadirnya opera Carmen di Indonesia yang digagas The Resonanz Music Studio, para penikmat seni bisa semakin mengapresiasi kebudayaan dari negara lain. Musik Carmen yang indah dan kisah kontroversialnya menjadi suguhan seru bagi para penonton.
Minimal, ujar Ninok, para penikmat seni bisa tahu seperti apa pertunjukan opera. Apalagi, Carmen karya komposer Prancis Georges Bizet merupakan opera populer yang paling sering dipentaskan.
Bagi mereka yang belum pernah menonton opera, ia menyarankan untuk seksama membaca libretto alias naskah yang dinyanyikan dalam opera. Pada Carmen yang dipentaskan di Ciputra Artpreneur Sabtu (16/4) dan Ahad (17/4) lalu, naskah itu juga terpampang di dua layar kecil dekat panggung dalam terjemahan bahasa Indonesia.
"Hayati liriknya, nikmati lagu-lagunya, amati kostum serta akting para pemeran yang bisa mengaduk-aduk emosi," ucap lelaki asal Semarang, Jawa Tengah itu.
(Baca Juga: Kisah Cinta Gadis Gipsi dalam Opera Carmen)