REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Surabaya United Gede Widiade menjelaskan bergantinya nama klubnya menjadi Bhayangkara Surabaya United bukan karena merger. Ia mengatakan pergantian nama tersebut karena adanya pembelian saham oleh PS Polri sebanyak 39 persen.
Sehingga, hal yang wajar jika nama pun ikut berganti karena sesuai dengan kesepakatan. Hal itu dikatakan Gede Widiade saat menghadiri acara peluncuran Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Ia menolak membocorkan harga pembelian saham tersebut.
Menurut Gede, hasil jual beli saham tersebut tidak hanya berdampak pada pergantian nama klub saja, tapi juga perubahan terjadi pada semua lini. Sehingga PS Polri dapat menempatkan orangnya di manapun.
Namun karena saat ini masih masa rekonsilasi, maka Gede mengaku masih memegang kendali 90 persen atas tim berjuluk Bajul Ijo tersebut.
"Hal seperti ini sudah biasa di dunia sepak bola. Sekarang kita bersama-sama lagi bicarakan pemain, tentunya ingin pemain yang terbaik, pemain asing kurang dua lagi. Untuk pelatih kami masih proses negosiasi," kata Gede di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (18/4).
Tidak hanya Surabaya United yang mengalami perubahan nama di ajang TSC, bahkan Persiram Raja Ampat mengalami perubahan total menjadi PS TNI.
Sebab Persiram Raja Ampat sendiri telah diakuisisi oleh PS TNI. Tidak hanya itu, PS TNI juga telah memindahkan homebase-nya dari Papua ke pulau Jawa.
Menurut Direktur Utama PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS), Joko Driyono pemilik baru memiliki hak untuk mengubah nama klub yang telah dibelinya. Namun untuk keanggotaan PSSI tetap masih atas nama Persiram Raja Ampat.
"Tentu saja perubahan nama mereka juga ada pertimbangan komersil dan industri. Ini yang perlu dipahami keanggotaan mereka tetap atas nama Persiram Raja Ampat," kata Joko.