Senin 18 Apr 2016 18:56 WIB

Empat Ekor Macan Dahan Berkeliaran di Bandar Bakau

Macan Dahan
Macan Dahan

REPUBLIKA.CO.ID, DUMAI -- Pengelola objek wisata Bandar Bakau di Kota Dumai, Darwis Moh. Saleh, menyebutkan sejak sebulan lalu di kawasan pesisir Provinsi Riau itu terpantau kemunculan spesies kelompok satwa liar berupa empat ekor macan dahan.

Empat ekor macan dahan terdiri dua anak dan dua dewasa ini tanpa disengaja terlihat oleh pengelola bandar bakau tanpa diketahui asal usul dan kini hidup dengan memakan ikan yang mudah didapatkan dari pinggir bibir pantai sekitar kawasan tersebut.

"Sudah sebulan ini kami memantau empat ekor macan dahan hidup berkeliaran di areal bandar bakau seluas 20 hektar, dan diduga mereka berpindah dari habitat asli yang rusak," kata Darwis, di Dumai, Senin.

Pihak pengelola bandar bakau sejauh ini belum mengetahui dimana letak sarang empat ekor hewan berwarna coklat abu abu itu untuk hidup berkelompok di lokasi hutan mangrove tersebut.

Kemunculan hewan liar ke lokasi destinasi wisata alam di Dumai ini, lanjut dia, diharapkan bisa ditindaklanjuti dengan melakukan upaya konservasi supaya tidak beralih ke kawasan lain.

"Habitat asli macan dahan di hutan mangrove, dan kita akan berupaya melakukan konservasi kawasan agar satwa ini hidup dan berkembang secara alami di areal bandar bakau Dumai yang memiliki 24 jenis mangrove," terangnya.

Bandar bakau dikelola kelompok pencinta alam bahari di Dumai ini juga telah menjadi habitat hidup bagi sejumlah satwa lain, seperti ayam hutan, burung punai, persinggahan burung enggang, ular tiung, musang, kera dan berbagai jenis ikan dan hewan laut.

Karena sudah menjadi habitat baru sejumlah satwa, dia berharap agar pemerintah dapat membebaskan kawasan bandar bakau ini dari areal penguasaan PT Pelindo setempat supaya bisa dikelola sepenuhnya oleh daerah.

Bandar bakau ini juga potensi destinasi wisata air dan alam Dumai karena punya jenis mangrove terlengkap di Riau dan sering menjadi lokasi penelitian para ilmuan dan akademisi dari perguruan tinggi di berbagai daerah.

"Pengunjung umum dalam setahun mencapai 32.390 orang, diluar para ilmuan dan peneliti mangrove, karena itu diharapkan pemerintah bisa berupaya mengelola penuh objek wisata ini," harap dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement