REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 21 balita berusia di bawah lima tahun di Kota Malang, Jawa Timur, mengalami gizi buruk. Dinas Kesehatan Kota Malang tengah memprioritaskan pemberian makanan tambahan berprotein tinggi.
Kepala Dinkes Kota Malang Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari di Malang, Selasa, mengatakan jumlah balita penderita gizi buruk sebanyak 21 balita itu, 13 balita di antaranya adalah penderita tahun lalu yang belum sembuh, sehingga penanganannya dimasukkan pada Januari 2016.
"Dari 13 balita penderita gizi buruk yang ditangani pada Januari-Februari 2016, kemudian bertambah lagi pada Maret 2016 sehingga menjadi 21 balita. Selama kurun waktu satu tahun ini (Januari-Desember 2016), Dinkes menargetkan ada 162 balita dengan gizi buruk dan gizi kurang yang bisa ditangani dan disembuhkan," jelasnya.
Untuk memenuhi target itu, lanjutnya, Dinkes mengalokasikan anggaran sebesar Rp700 juta dalam pos anggaran penanggulangan energi protein, gizi buruk pada APBD 2016. Anggaran tersebut naik Rp100 juta dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar Rp600 juta.
Dengan anggaran sebesar Rp600 juta pada 2016 itu, katanya, target balita yang menjadi sasaran untuk disembuhkan dari gizi buruk dan gizi kurang sebanyak 416 balita. Dari target itu, sebanyak 113 balita di antaranya menderita gizi buruk.
Dari 113 balita penderita gizi buruk pada 2015, 100 balita di antaranya sudah ada perbaikan gizi dan membaik, namun 13 lainnya masih belum sembuh sehingga dimasukkan dalam penanganan Januari 2016.
Lebih lanjut, Asih mengatakan tahun ini, Dinkes menyasar perbaikan gizi bagi 162 balita. Jumlah itu merupakan penghitungan dari bulan Januari - Desember 2016, yang mengacu pada hasil surveilans gizi selama lima tahun terakhir.
Menyinggung realisasi pemberian makanan tambahan berupa suplemen makanan tinggi protein, Asih mengatakan masih dalam tahap lelang.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah tuntas agar balita penderita gizi buruk tesrebut segera bisa diberikan makanan tambahan dan segera bisa sembuh," katanya.
Dalam upayanya menekan angka gizi buruk di Kota Malang, Dinkes melibatkan kader posyandu juga melakukan penyuluhan terkait pemberitan makanan tambahan tersebut berupa biskuit dan sereal dari bahan baku tempe dan kelor.
Pemberian makanan tambahan dari bahan tempe dan kelor ini diberikan ke Posyandu untuk diteruskan ke seluruh kelurahan di Kota Malang.
"Daun kelor ini memiliki kandungan gizi dan protein cukup tinggi seperti yang ada dalam susu, bahkan lebih bagus kualitasnya," kata Asih.
Penyebab terjadinya gizi buruk, menurut Asih, selain karena faktor ekonomi sehingga asupan gizi dan nutrisi balita menjadi kurang, juga disebabkan akibat pola asuh yang salah.
Kasus balita gizi buruk di Kota Malang paling banyak berada di Kelurahan Pandanwangi dengan 20 kasus, disusul di wilayah Puskesmas Kendalkerep 11 kasus, Kendalsari 10 kasus, Mulyorejo 9 kasus, dan selebihnya tersebar di seluruh Puskesmas yang ada di kota itu.