REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-34 tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2016 diselenggarakan di Kota Tasikmalaya, pada Ahad (17/4) sampai Sabtu (23/4). Melalui MTQ tersebut diharapkan dapat memperbaharui motivasi generasi muda Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran.
Perhelatan ini diadakan untuk mempersiapkan qari-qariah, hafizh-hafizhah, mufassir-mufassirah yang akan mewakili Jawa Barat pada MTQ Tingkat Nasional. MTQ tahun ini diikuti 922 peserta dari 27 kota dan kabupaten se-Jawa Barat.
Ketua I Panitia MTQ sekaligus Sekretaris Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Jawa Barat, Dady Iskandar mengatakan, kalau semua kabupaten dan kota mengirimkan peserta untuk semua cabang dan golongan yang dilombakan, jumlah pesertanya bisa menyacapi 1.088 orang.
Sayangnya, dia menjelaskan, tidak semua kota dan kabupaten mengirimkan peserta untuk mengikuti lomba di semua cabang dan golongan yang ada di MTQ. "Jadi yang sekarang bertanding ada 922 orang putra dan putri," ujar Dady kepada Republika.co.id.
Setiap kota dan kabupaten maksimal mengirimkan peserta sebanyak 44 orang. Ada tujuh cabang yang dilombakan pada MTQ ke-34 tahun ini. Di dalam cabang-cabang tersebut ada 21 golongan. Di antaranya, cabang Tilawah Al Quran, cabang Hifzh Al Quran, cabang Tafsir Al Quran dan cabang Fahm Alquran.
Kemudian, ada cabang Khat Al Quran, cabang Musabaqah Maqalah Al Qur’an dan cabang Syarh Al Quran. Dady menjelaskan, dari tujuh cabang 21 golongan yang diperlombakan, ada sekitar 130 dewan hakim yang akan melakukan penilaian terhadap para peserta lomba.
Sementara, total hadiah untuk para juara lomba pada MTQ ke-34 senilai sekitar Rp 1,1 miliar. Juara satu, dua, tiga serta harapan satu, dua dan tiga di semua cabang dan golongan yang akan menerima hadiah tersebut.
Pada MTQ kali ini, penyelenggara sepakat untuk mencanangkan panca sukses. Pertama, sukses penyelenggaraan. Kedua, sukses prestasi karena diharapkan muncul para qari-qariah, hafizh-hafizhah dan mufassir-mufassirah baru. Ketiga, suskses pemberdayaan ekonomi. Keempat, sukses pertanggungjawaban. Dikatakan Dady, penyelenggara tidak mau dikemudian hari mendapat persoalan-persoalan hukum karena ada kesalahan dalam penyelenggaraan MTQ.
"Bukan hanya pertanggungjawaban dari segi anggaran yang suskses, tapi pertanggungjawaban dewan hakim juga harus sukses," kata Dady. Kelima sukses syiar Islam. Menurut Dady, Tasikmalaya merupakan kota santri tapi tidak menuntut kemungkinan yang hadir di acara MTQ merupakan orang yang belum gemar membaca Alquran. Maka, setelah mendengar lantunan Alquran mudah-mudahan bisa timbul rasa inginnya membaca Alquran.