REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahyu (7 tahun) bermain mobil-mobilan bersama Fahmi (8t) dan Iki (6) di tengah puing-puing sisa bongkaran rumah mereka di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Mobil-mobilan dari plastik warna-warni mereka pungut dari balik bongkahan tembok.
"Gusur rumahnya Ahok," kata Wahyu menabrakan mobil-mobilannya ke kayu-kayu yang ia susun jadi rumah, Selasa (19/4).
Siswa SD Inpres itu berkhayal bongkahan yang dia bangun adalah rumah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjatjaha Purnama atau Ahok. Ia susun kayu-kayu sisa triplek rumah warga. Ia susun kayu-kayu tersebut menjadi paling tinggi diantara rumah-rumah lainnya.
Selanjutnya, ia tabrakan rumah itu dengan mobil-mobilan plastik warna hijau. Ia hempaskan sekuat tenaga hingga rumah itu hancur berantakan.
Saat ditanya kenapa susunan rumah yang ia anggap rumahnya Ahok paling tinggi, mereka menyebut itu sesuai dengan perbedaan antara mereka dan Ahok. "Ahok kan orang kaya," jawabnya.
Fahmi melakukan hal yang sama. Ia susun huruf-huruf yang terbuat dari kayu menjadi tulisan AHOK. Lalu ia acak susunan huruf tersebut dengan mobil-mobilannya. "Ahok enggak punya pikiran," kata siswa kelas 3 SD itu sambil terkekeh.
Selama sepekan ini, Wahyu dan Fahmi tinggal di kapal. Mereka adalah bocah yang menyaksikan rumah mereka digusur pekan lalu. Mereka tidak tahu kenapa rumah mereka digusur. Mereka hanya tahu yang menggusur rumah mereka adalah Gubernur Jakarta.
Tidak hanya Wahyu, Fahmi, Iki dan banyak anak Pasar Ikan yang akhirnya bermain di sisa puing rumah mereka. Jika bosan bermain mereka berenang di laut. Di puing-puing yang penuh paku dan kayu-kayu itu, mereka tak takut berlarian.